Pages

Jumat, 14 Mei 2010

Aspirin dosis rendah meningkatkan Risiko Ulkus Peptikum pada Wanita usia Lanjut

Risiko ulkus peptikum karena aspirin dosis rendah, LDA, (low dose aspirin, =325 mg sehari) lebih besar pada wanita usia lanjut dibandingkan dengan pria usia lanjut. Kesimpulan ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh dr. Kazuhisa Okada dan rekan dari Hiratsuka City Hospital, Hiratsuka, Jepang dan telah dipublikasikan dalam World Journal of Gastroenterology edisi bulan April 2010.

Terapi menggunakan aspirin pada pasien-pasien dengan penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular kian meningkat, terutama pada pasien-pasien usia lanjut. LDA digunakan secara luas sebagai profilaksis sekunder pada pasien-pasien dengan penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular. Namun selain manfaatnya dalam menurunkan kejadian vaskular, pemberiannya disertai dengan peningkatan risiko perdarahan gastroduodenal, bahkan bila diberikan dengan dosis kecil (75 mg sehari). Bila terjadi perdarahan ulkus peptikum, salah satu terapi yang dilakukan adalah menghentikan pemberian aspirin hingga ulkus sembuh, walaupun penghentian terapi berarti meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular, serebrovaskular dan kematian pada pasien. Beberapa ahli tetap menganjurkan pemberian LDA pada pasien yang mengalami ulkus, karena dalam penelitian yang dilakukan baru-baru ini, angka kejadian kematian pada pasien yang meneruskan LDA (walau ada ulkus peptikum) lebih rendah dibandingkan dengan pasien-pasian yang tidak meneruskan terapi. (Walau para ahli tersebut juga sepakat bahwa masih diperlukan penelitian yang lebih besar untuk mengkonfirmasikan hal ini).

Hingga kini, perbandingan manifestasi klinik ulkus peptikum karena LDA antara pria dan wanita belum diketahui dengan baik, sehingga muncul pertanyaan: apakah ada perbedaan risiko ulkus peptikum antara pria dan wanita usia lanjut yang diterapi menggunakan LDA?

Penelitian yang dilakukan oleh dr. Okada dan rekan bertujuan untuk membandingkan risiko perdarahan gastrointestinal karena LDA pada pria dan wanita. Penelitian melibatkan 453 pasien (298 pria dan 155 wanita) yang telah diterapi dengan LDA (81-100 mg sehari). Pasien yang terlibat dalam penelitian ini menjalani pemeriksaan esophagogastroduodenoscopy di Hiratsuka City Hospital. Terapi LDA terus dilanjutkan selama masa observasi.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ulkus peptikum karena LDA ditemukan pada 119 pasien (87 pasien pria dan 32 wanita). Baik pada pria maupun pada wanita, riwayat ulkus peptikum merupakan faktor risiko terjadinya ulkus peptikum karena LDA. Faktor risiko lainnya pada wanita (tidak pada pria), adalah umur >70 tahun, dengan prevalensi odds ratios 8,441; 95% confidence interval 1,797 – 33,649, (p = 0,0069). Selain itu, dibandingkan dengan pria, wanita lebih cepat terdiagnosa menderita ulkus peptikum karena LDA melalui pemeriksaan endoskopi (P = 0,0050).

Para ahli penelitian menyampaikan bahwa pada wanita usia lanjut, risiko terjadinya ulkus peptikum karena LDA lebih besar dibandingkan dengan pria. Para ahli merekomendasikan agar para tenaga kesehatan memberikan perhatian khusus bila memberikan terapi LDA pada pasien wanita usia lanjut. Mengapa risiko ini lebih banyak terjadi pada wanita belum diketahui dengan jelas, namun para ahli memperkirakan bahwa hal ini terjadi karena penurunan bertahap kadar hormon seks setelah masa menopause, serta penurunan perlindungan mukosa lambung.

Kesimpulan
  • Risiko terjadinya ulkus peptikum karena aspirin dosis rendah (LDA, low dose aspirin) lebih besar pada wanita usia lanjut.
  • Peningkatan risiko ulkus peptikum pada wanita usia lanjut diperkirakan terjadi karena penurunan bertahap kadar hormon seks setelah masa menopause, serta penurunan perlindungan mukosa lambung.
  • Karena LDA telah digunakan secara luas sebagai terapi pada pasien-pasien usia lanjut dengan risiko atau penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular, para ahli penelitian ini merekomendasikan agar para tenaga kesehatan lebih berhati-hati bila memberikan terapi LAD pada pasien wanita usia lanjut
.Sumber: Kalbe.co.id