Pages

Kamis, 29 April 2010

Vitamin B6 dan Asam Folat Menurunkan Resiko Penyakit Kardiovaskuler

Vitamin B6 dan asam folat dosis tinggi menurunkan risiko kematian karena stroke dan penyakit kardiovaskular pada wanita, serta mengurangi kejadian gagal jantung pada pria. Kesimpulan ini merupakan hasil analisa yang dilakukan oleh dr. Renzhe Cui dan rekan dari the Graduate School of Medicine at Osaka University, di Osaka, Jepang, dan telah dipublikasikan dalam jurnal Stroke edisi bulan April 2010.
  
Dr. Renzhe Cui dan rekan meneliti data dari 23.119 pria dan 35.611 wanita, yang dikumpulkan dari the Japan Collaborative Cohort study. Pasien-pasien dalam penelitian ini berumur sekitar 40-79 tahun, dan dalam follow-up selama rata-rata 14 tahun, 896 meninggal karena stroke, 424 meninggal karena penyakit jantung koroner dan 2087 meninggal karena penyakit kardiovaskular. dr. Renzhe Cui dan rekan kemudian mengklasifikasikan asupan para peserta penelitian ini, yang terdiri dari asupan asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12, berdasarkan kuintil (quintiles).

Para ahli menemukan bahwa konsumsi vitamin B6 dan folat dosis tinggi disertai dengan penurunan secara bermakna kejadian kematian karena gagal jantung pada pria dan penurunan secara bermakna kematian karena stroke, penyakit jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya pada wanita. Sedangkan pemberian vitamin B12 tidak berhubungan dengan penurunan risiko kematian. Efek proteksi asam folat dan vitamin B6 ini tetap bermakna setelah melakukan penyesuaian terhadap ada tidaknya faktor risiko kardiovaskular dan juga setelah dilakukan metode eksklusi terhadap suplemen yang dikonsumsi peserta penelitian (n=7.334).

Mekanisme proteksi vaskular oleh asam folat dan vitamin B6 hingga kini belum diketahui dengan pasti, namun para ahli memperkirakan bahwa hal ini berhubungan dengan penurunan kadar homosistein dalam darah.

Kesimpulan:
  • Asupan tinggi asam folat dan vitamin B6 berhubungan dengan penurunan risiko kematian karena stroke, penyakit jantung koroner dan gagal jantung. Hal ini diperkirakan terjadi karena penurunan kadar homosistein dalam darah.
  • Karena penelitian ini melibatkan pasien-pasien dari Jepang, maka perlu dilakukan penelitian lebih luas dan lebih besar lagi untuk memastikan manfaat dari asam folat dan vitamin B ini.

Regimen Baru untuk Pencegahan TB?

Sebuah studi yang dilakukan secara acak oleh Tuberculosis Research Center di Chennai, India, menunjukkan bahwa selama enam bulan perjalanan isoniazid dan ethambutol, antibiotik lain yang digunakan dalam pengobatan TB, adalah sama efektifnya dengan 36 bulan perjalanan isoniazid pada orang dengan HIV, kebanyakan dari mereka tidak menerima ART.

Studi India yang dirancang untuk menguji apakah rejimen alternatif terhadap isoniazid saja sudah aman dan efektif dalam lingkungan di mana 15 sampai 20% dari pasien memiliki TB yang resistan terhadap isoniazid pada saat diagnosis, dan di mana rifampisin, obat TB lain diuji sebagai tindakan pencegahan, disediakan secara ketat untuk pengobatan TB aktif untuk membatasi perkembangan resistansi terhadap obat. Studi juga dirancang untuk membandingkan kelayakan rejimen singkat selama enam bulan yang diharapkan untuk memberikan perlindungan yang lebih besar terhadap pajanan terhadap TB dalam periode studi tersebut, terutama pada orang dengan kekebalan tubuh yang kurang yang mungkin berada pada risiko yang lebih tinggi pada kelanjutan laju TB.

Kajian ini dilakukan oleh Tuberculosis Research Center di Chennai, dan mulai merekrut pasien untuk studi tiga tahun antara tahun 2001 dan 2005. Semua peserta telah dikonfirmasikan TB melalui kultur dahak, dan studi mengecualikan setiap orang dengan HIV yang mempunyai riwayat TB. Selama studi pasien menerima tinjauan klinis setiap tiga bulan untuk memeriksa gejala-gejala TB dan masalah kesehatan lainnya, dan menjalani sinar-X dada setiap enam bulan.

Peserta secara acak menerima rejimen isoniazid 300mg harian dan ethambutol 800mg selama enam bulan, atau 36 bulan isoniazid sendiri, dan semua pasien dengan jumlah CD4 di bawah 250 menerima kotrimoksazol. ART mulai tersedia di sektor publik pada tahun 2004 untuk pasien dengan stadium 4 WHO, atau stadium 3 WHO dan jumlah CD4 di bawah 200).

Studi mengacak 683 pasien, dan 37 kasus TB terjadi selama tiga tahun masa tindak lanjut 16 di antaranya adalah dikonfirmasi secara bakteri. Kejadian TB tidak berbeda secara bermakna pada kedua lengan studi (2,4 kasus per 100 orang-tahun pada lengan ethambutol, 1.6 kasus per 100 orang-tahun di lengan isoniazid), dan tingkat kematian juga serupa.

TB tingkat rendah dalam penelitian dibandingkan dengan insiden historis sebelumnya diukur dalam kelompok Chennai (6.9 kasus per 100 orang-tahun) mungkin sebagian dapat dikaitkan dengan pemeriksaan melalui kultur pada awal. Skrining menemukan 30 kasus TB aktif, tetapi asimtomatik yang jika akan berkembang menjadi insiden kasus TB selama percobaan.

Dalam kedua lengan, sebagian besar kasus TB – dan kebanyakan kematian – pertama terjadi selama 12 sampai 18 bulan masa tindak lanjut, namun hanya tiga kematian akibat TB.

Terlepas dari rejimen yang diterima, individu-individu dengan jumlah CD4 rendah memiliki empat kali lipat kejadian TB yang lebih tinggi, sementara TST positif (TST>5mm) memiliki risiko 40% lebih besar terhadap pengembangan TB.

Di antara kasus TB yang dikonfirmasi secara bakteri, enam telah memiliki resistansi terhadap isoniazid (lima pada lengan ethambutol dan satu pada lengan isoniazid).

Tidak ada perbedaan dalam perkembangan peristiwa-peristiwa buruk di antara kedua lengan: tiga peristiwa yang parah terjadi di lengan ethambutol dan dua di lengan isoniazid, dan secara keseluruhan rejimen sangat baik ditoleransi. Tingkat kepatuhan juga sangat tinggi, dengan sekitar 93% di setiap lengan dinilai tidak lebih dari 80% orang yang patuh melalui penghitungan pil pada kunjungan rumah tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Dr. Swaminathan berkomentar bahwa tingkat kepatuhan yang tinggi, retensi studi yang tinggi dan tingkat TB yang rendah dalam studi mungkin karena persiapan tingkat tinggi dan skrining pasien yang diterima sebelum memasuki studi. Pasien dalam percobaan menerima pengobatan HIV gratis, dan bagi banyak orang, itu mungkin pengalaman pertama mereka dalam sistem kesehatan India dengan perawatan dan dukungan yang berkualitas baik, yang mengarah kepada kepatuhan yang baik dari pasien terhadap program, dan keengganan untuk dirujuk ke dalam pusat lainnya setelah percobaan selesai.

Sumber : Kalbe.co.id

Virus Hepatitis C Bertahan Hidup dalam ALat Suntik

Virus hepatitis C (HCV) mungkin masih dapat menular melalui jarum suntik lama setelah penggunaan pertama mereka, menurut sebuah studi di Amerika Serikat yang dipresentasikan pada 17th Conference on Retroviruses and Opportunistic Infections (CROI) di San Fransisco. Jarum suntik yang berukuran lebih besar dan suhu yang lebih dingin dihubungkan dengan ketahanan hidup virus lebih lama, hingga dua bulan.

Sebagian besar orang dengan hepatitis C kronis tertular virus melalui berbagi peralatan suntikan narkoba. Tingkat infeksi HCV berkisar dari sekitar 30% sampai 90% dalam berbagai kelompok pengguna narkoba suntikan, jauh lebih tinggi daripada prevalensi HIV.

Sementara langkah-langkah pengurangan dampak buruk narkoba seperti program pertukaran jarum suntik telah secara dramatis mengurangi infeksi HIV baru di kalangan orang yang menyuntik, langkah-langkah pengurangan dampak buruk dari penggunaan narkoba suntikan memiliki dampak yang lebih rendah pada hepatitis C. Selain itu, penularan HCV terjadi sepuluh kali lebih sering daripada penularan HIV melalui kecelakaan tertusuk jarum suntik.

Elijah Paintsil dan rekan-rekannya dari Yale School of Medicine di Connecticut merancang studi untuk menguji hipotesis bahwa kemungkinan besar dari infeksi mungkin disebabkan karena adanya ketahanan hidup yang lebih lama dari HCV dalam jarum suntik.

Para peneliti mengembangkan sebuah tes laboratorium baru untuk menilai ketahanan hidup HCV dalam sisa darah dalam semprit. Karena HCV yang diambil langsung dari orang yang terinfeksi tidak dapat tumbuh di laboratorium, mereka menggunakan virus genotipe khusus 2a yang dapat hidup dalam biakan sel.

Para peneliti pertama mempersiapkan semprit dengan HCV. Mereka melihat dua jenis jarum suntik dan volume darah: semprit insulin volume kecil dengan jarum yang terpasang secara permanen diisi dengan 2 µL darah, dan semprit tuberkulin dengan volume yang lebih besar dengan jarum yang bisa dilepas diisi dengan 32 µL darah. Orang yang menyuntikkan hormon – misalnya, transgender atau orang-orang yang sedang membentuk badan – biasanya menggunakan semprit yang lebih besar.

Beberapa semprit segera diuji dan yang lainnya disimpan untuk suatu jangka waktu yang berkisar sampai dua bulan. Semprit disimpan pada tiga suhu yang berbeda: 4ºC (sama dengan suhu kulkas pada umumnya), 22ºC (iklim suhu kamar) dan 37ºC (suhu tubuh dan iklim yang sangat hangat). Semprit kemudian dibilas dan virus yang masih bertahan diuji melalui biakan sel.

Para peneliti menemukan bahwa biakan sel menunjukkan berbagai tingkat infektivitas HCV. Melihat proporsi jarum suntik yang mengandung virus yang menular, dalam skenario volume kecil, kemungkinan untuk menemukan virus menular dengan cepat menurun pada jarum suntik yang disimpan pada 37ºC, dan tidak mengandung HCV satu hari setelah penyimpanan.

Pada 22ºC, sepertiga dari jarum suntik masih memiliki virus yang dapat menularkan pada hari pertama, tetapi tidak pada hari ketiga. Pada suhu 4ºC, HCV yang tetap bertahan terdapat dalam kira-kira dua pertiga dari jarum suntik pada hari pertama, sekitar seperempat pada hari ketiga dan sekitar 5% pada hari ke tujuh.

Pola ini tidak konsisten untuk skenario volume tinggi. Pada temperatur yang paling dingin, hampir semua jarum suntik masih memiliki HCV yang dapat bertahan pada hari ketujuh, kira-kira setengah masih dapat bertahan pada hari ke-35, dan sebagian kecil bahkan pada masih bisa menularkan pada hari ke-63 (sembilan minggu).

Jumlah semprit yang mengandung virus yang dapat menularkan pada awalnya menurun lebih cepat pada dua suhu yang lebih tinggi, tetapi kemudian jumlahnya menjadi sebanding. Pada suhu kamar, sekitar 70% HCV masih bertahan pada hari ke tujuh dan sekitar 40% pada hari ke-35. Pada 37ºC, proporsi tersebut hanya lebih dari 50% pada hari ke tujuh dan hanya sedikit lebih rendah pada hari ke-35. Sekali lagi, sebagian kecil masih memiliki HCV yang dapat menularkan setelah 63 hari.

Beralih ke titer atau jumlah HCV yang bertahan, dalam skenario volume kecil, jumlah virus di dalam jarum suntik menunjukkan tingkat kehilangan biphasic, dengan penurunan yang sangat cepat pada awal dan diikuti oleh penurunan yang lebih lambat. Sekali lagi, jumlah virus bervariasi menurut suhu. Infeksi HCV jatuh ke tingkat tidak terdeteksi antara hari dua dan tiga pada 37ºC dan pada hari ketiga pada 22ºC. Namun, pada 4ºC, sejumlah kecil virus tetap bertahan pada hari ketujuh.

Dalam skenario volume tinggi, tingkat virus yang bertahan menurun sampai sekitar hari ketujuh pada dua suhu yang lebih tinggi dan sekitar dua kali lebih lama pada 4ºC. Tingkat ini kemudian rendah tapi stabil untuk sisa waktu studi pada semua suhu.

Para peneliti menyimpulkan bahwa ketahanan HCV yang masih dapat menularkan tergantung kepada jenis dan ukuran semprit, dengan semprit dan jarum suntik yang dapat dilepas dan semprit volume besar yang lebih mungkin untuk menularkan virus. Selanjutnya, suhu yang lebih rendah lebih mampu mempertahankan HCV dalam semprit volume kecil dibandingkan semprit volume besar.

Dibandingkan dengan HIV, mereka menemukan bahwa HCV dan HIV dalam semprit bervolume kecil menunjukkan waktu yang sama, tapi HCV tampaknya bertahan lebih lama daripada HIV dalam semprit volume besar.

Berbicara di sebuah konferensi pers, Dr. Paintsil mengatakan temuan ini memiliki implikasi bagi upaya pengurangan dampak buruk narkoba, menunjukkan bahwa hal itu mungkin dianjurkan untuk program pertukaran jarum suntik untuk menyediakan semprit kecil (yang biasa dipakai untuk menyuntikkan insulin) daripada yang lebih besar. Namun, ia menekankan, “untuk tidak menggunakan kembali semprit sekali pakai”, dan program harus memberikan semprit yang cukup, sehingga pengguna tidak perlu berbagi.

Pada tanggapan terhadap pertanyaan, ia berkata bahwa lebih banyak penelitian harus dilakukan untuk menentukan apakah transmisi HCV melalui penggunaan narkoba suntikan bervariasi antara iklim hangat dan dingin, atau antara musim panas dan musim dingin.

Sumber :Kalbe.co.id

Jumat, 23 April 2010

Pil KB Tingkatkan Resiko Osteoporosis

PIL kontrasepsi oral atau yang umum dikenal dengan pil KB terbukti efektif mencegah kehamilan. Akan tetapi, ada baiknya memperhatikan durasi penggunaan. Pasalnya, sebuah studi menemukan bahwa kontrasepsi oral bisa menurunkan kepadatan tulang pada perempuan muda.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Contraception ini mengungkap, mereka yang menggunakan pil KB selama lebih dari dua tahun dan mereka yang menggunakan pil dengan kandungan estrogen rendah berisiko paling besar mengalami penurunan kepadatan tulang belakang dan tulang di seluruh tubuh.

"Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi oral dosis rendah dalam jangka panjang mempengaruhi kepadatan tulang," tutur peneliti Delia Scholes dari Group Health Research Institute of Group Health Cooperative di Seattle, seperti dikutip  situs healthday.

Peneliti belum bisa menentukan apakah penurunan kepadatan tulang ini bisa diperbaiki hanya dengan menghentikan penggunaan kontrasepsi oral. Mereka juga tidak bisa mempelajari apakah penurunan kepadatan tulang pada perempuan muda ini akan meningkatkan risiko patah tulang pada kehidupan selanjutnya.

Akan tetapi, terang peneliti, jika penggunaan pil mengurangi kepadatan tulang belakang hingga 5 persen (seperti ditemukan dalam studi) dan jika dampak ini tidak bisa diperbaiki dengan penghentian penggunaan, maka akan sangat merugikan perempuan setelah  menopause. "Penuruan kepadatan tulang sebesar 5 persen setelah menopause berkaitan dengan peningkatan risiko osteoporosis hingga 50 persen," terang Scholes.

Kadar mineral

Dalam studi ini, peneliti mempelajari 606 perempuan berusia antara 14 dan 30. Peneliti mereview penggunaan kontrasepsi oral, durasi serta dosis estrogen di dalam kontrasepsi. Hasil review ini kemudian dibandingkan dengan hasil tes kepadatan mineral tulang. Tes  kepadatan tulang mengukur kepadatan tulang di pinggang, tulang belakang dan seluruh tubuh.

Peneliti menemukan, perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral rata-rata memiliki kadar mineral tulang 5,9 persen lebih rendah untuk tulang belakang dan 2,3 persen lebih rendah untuk seluruh tubuh. Selain itu, peneliti juga menemukan tren penurunan kepadatan tulang di area pinggang.

Di samping itu, peneliti juga menemukan tren penurunan kepadatan tulang pada perempuan yang menggunakan kontrasepsi dengan kandungan estrogen yang lebih rendah. Kadar kepadatan tulang terendah ditemukan pada perempuan yang menggunakan formula dengan kandungan estrogen kurang dari 30 microgram.

Menurut peneliti, hormon-hormon dalam pil KB cenderung mempengaruhi kadar hormon normal, kemungkinan menurunkan sirkulasi estrogen normal, sehingga mempengaruhi produksi tulang.

Sumber : kalbe.co.id

Misoprostol vs Oksitosin untuk Perdarahan post partum

Penelitian Dr. Winikoff  dkk. yang dipublikasi dalam Lancet volume 375 tahun 2010 , membandingkan misoprostol sublingual dengan oksitosin pada  post partum haemorrhage (pendarahan paska persalinan); hasilnya menunjukkan bahwa misoprostol dapat menjadi satu alternatif, selain oksitosin dalam penanganan kasus pendarahan paska persalinan tersebut.

Oksitosin sebagai standar dalam pengobatan post-partum haemorrhage (PPH), bisa bermasalah apabila tidak tersedia karena alasan penyimpanan serta pemberian secara intravena. Misoprostol, sebagai preparat uterotonika dengan beberapa kelebihan dalam hambatan tersebut, diharapkan dapat menjadi suatu alternatif. Dalam penelitian ini, pemberian misoprostol diharapkan memberikan efikasi serupa dibandingkan oksitosin dalam pengobatan pendarahan paska persalinan pada wanita yang tidak terpajan oksitosin selama proses melahirkan.

Dengan desain buta ganda  (double-blind), non-inferiority trial,  sekitar 9.348 wanita yang tidak terpajan profilaksis oksitosin serta menderita pendarahan pervaginam diperiksa setelah proses persalinan di 4 rumah sakit di Ekuador, Mesir, dan Vietnam.   Sekitar 978 wanita (10%) didiagnosis perdarahan paska persalinan primer  dan secara acak menerima 800 μg misoprostol (n = 488) atau 40 IU oksitosin intravena (n = 490). Baik tenaga kesehatan serta pasien tidak mengetahui jeins pengobatan yang diberikan. Sebagai tujuan/hasil primer adalah pendarahan aktif dalam 20 menit dan kehilangan darah tambahan sekitar 300 mL atau lebih setelah pengobatan. Ekuivalensi klinis misoprostol dapat diterima jika 97, 5% CI (Confidence Interval) berada di bawah batas non inferior yang ditetapkan 6%.  Seluruh hasil diperhitungkan dari saat mendapatkan pengobatan awal. Penelitian ini  terdaftar dalam  referensi  website Clinical Trial gov dengan nomer NCT 00116350.

Temuan penelitian, dengan seluruh partisipan yang secara acak mengikuti penelitian ini dianalisis. Pendarahan aktif yang terkontrol dalam  20 menit pada penelitian terdapat pada 440 wanita (90%) yang mendapatkan  misoprostol dan 468 wanita (96%) yang diberi oksitosin  (relative risk [RR] 0,94 ; 95% CI 0,91- 0,98; crude difference 5,3% ; 95% CI 2,6- 8,6). Kehilangan darah tambahan  ≥300 mL setelah pengobatan terjadi pada 147 wanita (30%) yang menerima misoprostol dan 83 wanita (17%) yang menerima oksitosin (RR 1,78 ;  95% CI 1,40- 2,26). Efek seperti menggigil (229 [47%] vs 82 [17%]; RR 2,80; 95% CI 2,25—3,49) dan demam (217 [44%] vs 27 [6%]; 8,07, 5,52—11,8) , lebih banyak dialami pada wanita yang mendapat misoprostol daripada oksitosin.  Tidak ada seorang wanita pun yang dihisterektomi atau meninggal.

Simpulan penelitian tersebut adalah apabila penggunaan oksitosin tidak mungkin, maka misoprostol dapat menjadi alternatif pilihan pertama yang sesuai untuk pendarahan paska persalinan (post-partum haemorrhage).

Kedelai Hitam untuk menurunkan Berat Badan

Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap tikus percobaan mengungkapkan bahwa diet yang banyak mengandung kacang kedelai hitam dapat membantu pengendalian berat badan, mengurangi kadar kolesterol LDL, dan melindungi dari diabetes tipe dua.
Beberapa peneliti Korea yang dipimpin oleh Shin Joung Rho di Hanyang University, Seoul, memberikan diet yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi dalam jumlah yang berlebihan selama 28 hari. Beberapa tikus diberikan suplemen kacang kedelai hitam dalam kadar yang berbeda-beda dan beberapa tikus tidak diberikan sama sekali sebagai kontrol penelitian.
Setelah dua minggu, tikus yang mendapatkan 10% energi dari kacang kedelai hitam hanya mengalami peningkatan berat badan separuh yang dialami kelompok kontrol yang sama sekali tidak mendapat kedelai hitam.
Tikus yang mendapat diet 10% kacang kedelai hitam juga memiliki kadar kolesterol total 25% lebih rendah dan kadar kolesterol LDL ('lemak jahat') 60% lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Sedangkan kadar kolesterol HDL ('lemak baik') pada kelompok diet kedelai hitam 10% jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
Penelitian ini menunjukkan bahwa diet kacang kedelai hitam dapat menghambat peningkatan berat badan secara signifikan dan membantu penurunan kadar kolesterol, demikian tulisan Rho dalam Journal of the Science of Food and Agriculture.
Namun masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menentukan efek jangka panjang dari diet kacang kedelai hitam pada manusia dan penelitian lain untuk membandingkan manfaat kacang kedelai kuning dan hitam dalam diet.
Banyak pakar yang menyatakan bahwa protein kacang kedelai bermanfaat membantu metabolisme jaringan lemak dan hati. Kacang kedelai hitam telah sering digunakan sebagai komponen obat Asia dalam terapi diabetes dan hipertensi, mengurangi peradangan, dan memperlancar sirkulasi darah, serta pengobatan gangguan hormon.
Pada tahun 1999, US Food and Drug Administration (FDA) mengeluarkan ijin bagi produk makanan yang mengandung protein kedelai untuk mencantumkan label manfaat kedelai bagi kesehatan jantung. Ijin tersebut dikeluarkan berdasarkan bukti bahwa protein kedelai dalam diet rendah lemak jenuh dan kolesterol dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung.

Sumber : Kalbe.co.id

Manfaat Musik untuk Kesehatan

Musik bukan hanya sekadar untuk hiburan. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa melodi yang baik merupakan obat yang baik. Musik bisa meredakan rasa sakit, mengurangi stres, menurunkan tekanan darah, memperbaiki mood, serta menyembuhkan insomnia.

Sekarang ini, terapis musik bersertifikasi bahkan menggunakan musik untuk mengatasi penyakit jantung, asma dan kepikunan. Tapi, Anda tidak perlu mempelajari teori musik untuk mendapatkan manfaatnya. Berikut cara yang bisa Anda lakukan untuk menemukan keharmonisan antara fisik dan mental Anda.

Merasa sakit? Cobalah padukan musik dengan imajinasi.
Peneliti dari Cleveland Clinic menemukan bahwa mendengarkan musik selama satu jam sehari bisa mengurangi rasa sakit hingga 20 persen. Musik juga dinyatakan bisa mengurangi penggunaan obat penghilang rasa sakit sebelum dan sesduah operasi.

Menurut profesor di bidang terapi musik dari Arts and Quality of Life Research Center di Temple University, Cheryl Dileo, musik menstimulasi pelepasan endorphin di otak. Zat kimia otak ini berfungsi menutupi rasa sakit. Selain itu, musik juga bisa memaksimalkan efek latihan visualisasi yang dikenal dengan guided imagery. Dalam latihan ini, pasien diminta fokus pada satu gambar tertentu.

Terapi pribadi
Menurut Joke Brandt, PhD dari Temple University, Anda bisa mencoba terapi musik sendiri di rumah. Cobalah duduk bersila di atas kursi nyaman dengan mata terpejam . Jika rasa sakit membatasi gerakan Anda, pilihlah musik yang membuat Anda merasa berenergi. Jika mengalami gangguan tidur, pilihlah nada yang membuat Anda rileks.

Selanjutnya, pikirkan salah satu tempat favorit Anda, seperti sungai yang tenang atau pantai di tempat terpencil."Fokuslah pada tarikan nafas dan sensasi di dalam tubuh Anda. Bayangkan semua indra Anda berinteraksi dengan tempat favorit tersebut, mulai dari aroma, bunyi, hingga pemadangan. Saat pikiran Anda sedang mengembara, fokuslah pada musik," terang Brandt. Jangan langsung berdiri begitu musik berhenti. Tetaplah duduk tenang selama satu atau dua menit. Ulangi setiap hari.

Susah tidur? Cobalah atasi dengan musik
Studi dari University of Toronto menemukan, penderita insomnia yang mendengarkan pianio klasik selama empat minggu mengalami perbaikan tidur. Terapi ini, menurut peneliti, meningkatkan kadar melatonin, zat kimia otak yang mendorong tidur nyenyak.

Terapi pribadi
Phil Eichling, MD dari pusat gangguan tidur di University of Arizona menganjurkan Anda agar menjadikan musik sebagai bagian dari ritual tidur. Menurut Eichling, semua musik yang berkaitan dengan relaksasi bisa membantu.

Sedang stres? Peneliti dari Cleveland Clinic Sandra Siedlecki, PhD, menemukan bahwa mendengarkan musik riang bisa meredakan gejala-gejala depresi hingga 25 persen. Tidak hanya itu, masih banyak studi lain yang mengungkap manfaat musik. Studi baru-baru ini dari Prancis menyatakan bahwa musik New Age bisa mengurangi kadar hormon stres cortisol. Studi dari University of California menyatakan bahwa mendengarkan musik klasik bisa menurunkan tekanan darah. Sebuah studi dari Jepang menyatakan bahwa musik favorit Anda bisa mengusir keletihan saat berolahraga.

Terapi pribadi
Saat berusaha menghibur diri, terang Dileo, cobalah menghindari lagu-lagu sedih. Pilihlah lagu riang. Mendengarkan musik ini selama 10 hingga 20 menit tanpa gangguan bisa memperbaiki mood.

Rabu, 21 April 2010

Kriteria Tebaru Diabetes 2010

Berdasarkan  Standards of Medical Care in Diabetes 2010, berikut ini adalah kriteria dan monitoring untuk diabetes :
  • A1C > 6,5 %
  • FPG > 126 mg/dL (7 mmol/L), puasa didefinisikan tidak adanya ambilan kalori sedikitnya selama 8 jam
  • 2 jam glukosa plasma  > 200 mg/dL (11,1 mmol/L) selama OGTT dengan asupan glukosa sebanding dengan 75 glukosa anhydrous yang dilarutkan
  • Pasien dengan keluhan klasik hiperglikemia atau krisis hiperglikemia dengan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
Pemeriksaan diabetes pada pasien asimtomatik
  • Pemeriksaan untuk mendeteksi diabetes tipe 2 pada pasien asimtomatik dilakukan pada setiap usia jika berat badan berlebih atau obesitas (BMI > 25 kg/m2) dan dengan satu atau lebih faktor risiko diabetes lainnya. Jika tanpa risiko pemeriksaan dapat dimulai pada usia 45 tahun.
  • Jika pemeriksaan normal, pemeriksaan kembali dilakukan dalam interval 3 tahun.
  • Pemeriksaan deteksi diabetes asimtomatik adalah A1C, FPG atau OGTT 2 jam (75 g).
Deteksi dan Diagnosis Diabetes Gestasional
  • Skrining diabetes gestasional dengan analisa faktor risiko dan OGTT
  • Pasien diabetes gestasional dilakukan skrining diabetes 6-12 minggu pasca kelahiran dan dilakukan pemberiksaan berkelanjutan sebagai skrining diabetes.
Monitoring kadar glukosa
  • Monitoring kadar gula darah secara mandiri/self monitoring of blood glucose (SMBG) harus dilakukan 3 atau beberapa kali sehari pada pasien yang menggunakan injeksi suntikan multipel atau pompa terapi insulin.
  • Pada pasien yang menggunakan insulin dengan masa kerja panjang, terapi non insulin atau terapi nutrisi tunggal, SMBG menjadi alat untuk menilai keberhasilan terapi.
  • Untuk mencapai target glukosa darah postprandial, pemeriksaan SMBG postprandial perlu dilakukan.
AIC
  • Lakukan pemeriksaan A1C sedikitnya 2 x/tahun pada pasien dengan tujuan terapi yang telah dicapai
  • Lakukan pemeriksaan A1C setiap 3 bulan pada pasien yang mengalami perubahan terapi atau tujuan glikemik tidak tercapai
  • Gunakan hasil pemeriksaan A1C untuk menentukan perubahan terapi yang digunakan
Tujuan terapi glikemik pada pasien dewasa
  • Menurunkan kadar A1C di bawah atau sekitar 7 %, kadar tsb telah menurunkan komplikasi mikrovaskuler dan neuropati pada diabetes tipe 1 dan 2, sehingga target A1C pada pasien dewasa nonpregnant untuk mencegah mikrovaskuler adalah < 7 %
  • Pada diabetes tipe 1 dan 2 dalam masa uji klinik yang dilakukan secara acak, kontrol glikemik standar atau intensif tidak secara bermakna menurunkan risiko CVD (cerebrovascular disease), tetapi dalam follow up jangka panjang, mencapai target A1C di bawah atau sekitar 7% segera setelah diagnosis diabetes menurunkan risiko CVD. Hingga didapatkan bukti lebih lanjut, tujuan A1C di bawah 7% menjadi alasan rasional menurunkan risiko komplikasi makrovasular.
Sumber : kalbe.co.id

Konsumsi Kopi Menurunkan Rasiko Aritmia

Konsumsi beberapa cangkir kopi dalam sehari, disertai dengan penurunan risiko aritmia. Kesimpulan ini merupakan hasil penelitian yang dilaporkan dalam konferensi EPI|PNAM (Cardiovascular Disease Epidemiology and Prevention and Nutrition, Physical Activity, and Metabolism) yang berlangsung pada bulan Maret 2010.

Dr. Arthur Klatsky dari Kaiser Permanente Division of Research, Oakland, Kalifornia, Amerika Serikat mengatakan bahwa banyak orang, termasuk dokter, memiliki pandangan bahwa mengkonsumsi kopi dalam jumlah besar dapat membuat jantung berdebar-debar. Karena pandangan tersebut, banyak dokter yang menyarankan pasiennya untuk tidak mengkonsumsi kopi. Namun apakah benar bahwa konsumsi kopi berhubungan dengan gangguan pada jantung, dan bahkan dapat menyebabkan penyakit jantung?

Dr. Klatsky dan rekan telah melakukan berbagai penelitian yang meneliti manfaat konsumsi kopi, dan penelitian yang dilakukan bukan saja memperlihatkan tidak adanya hubungan antara konsumsi kopi dengan gangguan pada jantung. Sebaliknya, pemberian kopi sepertinya justru melindungi jantung. Hasil penelitian-penelitian yang dilakukannya memperlihatkan bahwa walaupun terjadi sedikit peningkatan risiko infark miokard fatal dan nonfatal, tidak ada pengaruh konsumsi kopi terhadap kejadian kematian secara keseluruhan dan kejadian kematian karena kardiovaskular.

Walau dari penelitian-penelitan yang dilakukan dr. Klatsky belum dapat ditarik sebuah kesimpulan pasti, maka dr. Klatsky dan rekan kembali melakukan sebuah penelitian yang meneliti efek konsumsi kopi terhadap aritmia. Penelitian ini melibatkan 130.054 pasien yang dikupulkan dari Kaiser Permanente Health Plan. Semua peserta penelitian diminta mengisi form tanya-jawab mengenai konsumsi kopi dan kebiasaan sehari-hari yang dapat mempengaruhi kesehatan. Setelah melakukan penyesuaian beberapa variabel, diantaranya indeks massa tubuh, tekanan darah, kadar kolesterol total, dan pengukuran lainnya, para peneliti menemukan bahwa konsumsi kopi berhubungan dengan risiko rawat inap karena aritmia yang lebih rendah. Individu yang mengkonsumsi kopi lebih dari 4 cangkir sehari memiliki risiko rawat inap lebih rendah (18%) untuk segala jenis aritmia dan penurunan risiko ini bersifat menetap diantara pria dan wanita, pada kelompok etnis yang berbeda dan juga pada perokok maupun bukan perokok.

Bahan apa dalam kopi yang diperkirakan memberikan manfaat melindungi jantung? Dr. Klatsky mengatakan bahwa kopi adalah substansi yang kompleks, yang mengandung berbagai macam bahan dan memiliki barbagai manfaat seperti antioksidan, yang dapat mengurangi risiko aritmia. Analisa yang dilakukan terhadap individu yang hanya mengkonsumsi kopi yang tidak mengandung kafein (decaffeinated coffee) memperlihatkan bahwa kopi tanpa kafein tidak memiliki manfaat proteksi sehingga dr. Klatsky dan rekan memperkirakan bahwa zat dalam kopi yang memberikan perlindungan pada jantung adalah kafein. Hingga kini mekanasime kafein melindungi seseorang dari serangan aritmia belumlah jelas benar, namun diperkirakan terjadi karena kafein berkompetisi dengan adenosin di jantung. Adenosin mempengaruhi konduksi dan pemulihan otot jantung setelah depolarisasi, dan salah satu efeknya adalah dapat memperpendek masa refrakter, yang dapat memicu masalah pada ritme jantung. Dengan mengkonsumsi kafein dalam kopi, efek samping adenosine ini dapat dikurangi.

Data-data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan data observasional dan perlu dikonfirmasikan dalam penelitian-penelitian lain. Lebih lanjut lagi para ahli menyarankan agar bukan hanya melibatkan pasien aritmia yang dirawat inap, namun juga pasien-pasien yang mengalami aritmia namun belum perlu mendapatkan perawatan di rumah sakit. Selain itu dr. Klatsky juga menganjurkan agar manfaat kopi terhadap kardiovaskular diuji dalam penelitian acak terkontrol.
Hasil penelitian dr. Klatsky dan rekan ini mendukung penelitian-penelitian terdahulu yang juga memperlihatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara risiko penyakit kardiovaskular dan kematian.

Kesimpulan:
  • Walaupun efek kopi terhadap risiko kardiovaskular belumlah jelas benar, namun dalam penelitian yang dilakukan dr. Klatsky dan rekan, memperlihatkan bahwa kopi dapat menurunkan risiko terjadinya aritmia.
  • Manfaat kopi terhadap kardiovaskular perlu diteliti lebih lanjut dalam penelitian acak terkontrol. 
Sumber : kalbe.co.id

Selasa, 20 April 2010

Program bayi Tabung di Indonesia

Anak merupakan dambaan setiap pasangan suami istri, karena anak dapat menjadi tumpuan kasih sayang serta harapan orang tua. Tetapi terkadang dapat terjadi setelah bertahun-tahun menjalani pernikahan, kehadiran seorang anak belum juga ada, baik karena adanya suatu penyakit ataupun sebab lain yang tidak diketahui. Kabar baiknya adalah dengan perkembangan teknologi kedokteran saat ini maka hal tersebut dapat diatasi, yaitu melalui teknologi inseminasi buatan ataupun program bayi tabung.

Program bayi tabung sendiri di Indonesia sebenarnya telah ada sejak tahun 1988, tetapi karena kurangnya informasi terhadap masyarakat, berakibat timbulnya anggapan bahwa di Indonesia belum mampu untuk menjalani program bayi tabung tersebut. Demikian dijelaskan oleh dr. Budi Wiweko, SpOG (K) saat berlangsung acara Peluncuran Klinik Yasmin Kencana di Wings International RSCM, Jakarta, pada hari Selasa, 13 April 2010.

Di Indonesia saat ini diperkirakan terdapat 15 juta pasangan usia subur, dimana 12-15 % nya tidak dapat memperoleh keturunan atau dari 10 pasangan suami istri usia subur terdapat 1 pasangan yang tidak bisa memperoleh keturunan. Maka dari jumlah diatas kurang lebih saat ini terdapat sekitar 1,5-2 juta pasangan yang mengalami masalah kesuburan di Indonesia, meskipun tidak semua solusi bagi pasangan tersebut adalah dengan program bayi tabung.

Akan tetapi ternyata jumlah pasien program bayi tabung di Indonesia hanya sekitar 1500 orang saja, ini berarti apabila diambil kira-kira 10 % saja dari pasangan yang mengalami gangguan kesuburan yang melakukan program bayi tabung (150-200 ribu pasangan), maka sisanya ternyata lebih memilih untuk menjalani program bayi tabung tersebut di negara tetangga, baik ke Singapura, Malaysia, Australia, Thailand atau bahkan Vietnam.

Untuk membidik hal tersebut maka RSCM selaku RS pusat rujukan nasional berinisiatif untuk membangun klinik khusus sebagai pusat layanan terpadu gangguan haid dan kesuburan yang diberi nama klinik Yasmin Kencana. Area pelayanan di klinik Yasmin Kencana ini meliputi klinik endometriosis, klinik sindrom ovarium polikistik, klinik gangguan kesuburan & bayi tabung, klinik gangguan haid & menopause, klinik keguguran berulang serta klinik ginekologi remaja. Klinik Yasmin Kencana ini juga didukung oleh penelitian canggih dari Laboratorium Makmal Terpadu Imunoendokrinologi Reproduksi dan Genetika FKUI yang telah terdaftar di WHO (World Health Organization).

Menurut dr. Budi, penyebab kenapa pasangan suami istri tidak dapat memiliki keturunan ada beberapa factor gangguan kesuburan, antara lain : adanya masalah pada sperma (baik berupa bentuk ataupun jumlahnya), adanya sumbatan pada saluran telur, adanya endometriosis derajat sedang & berat, adanya gangguan pada proses pematangan sel telur ataupun faktor lain yang tidak diketahui.

Untuk mengatasinya dapat dilakukan proses inseminasi buatan ataupun program bayi tabung. Program inseminasi buatan adalah proses memasukkan sperma ke dalam rahim melalui alat sehingga pembuahan dapat terjadi. Sedangkan pada program bayi tabung, sperma & sel telur dipertemukan di luar tubuh manusia, kemudian setelah terjadi pembuahan, sejumlah 2-3 embrio akan ditanam kembali ke dalam rahim si calon ibu. Waktu yang dibutuhkan untuk mengikuti program bayi tabung adalah antara 4-6 minggu dengan tingkat keberhasilan 40-50 %.

Senin, 19 April 2010

Efek Antiepilepsi Piracetam

Epilepsi merupakan gangguan SSP yang disertai dengan kejang  yang bersifat lokal, parsial maupun general. Kejang pada pasien epilepsi ini bersifat mioklonus, yaitu  suatu kejang yang bersifat mendadak, irreguler, bersifat sementara dan kadang-kadang disertai dengan  gangguan kesadaran dan mungkin juga  gangguan ini disertai dengan aktivitas yang lain  neuron pada otak. Diperkirakan ada sekitar 50 juta penduduk di dunia menderita epilepsi ini, dan diperkirakan hampir 90% dari pasien-pasien ini terdapat di Negara-negara berkembang. Epilepsi sering terjadi pada anak-anak atau orang tua di atas usia 65 tahun, namun dapat juga terjadi pada usia berapapun. Epilepsi biasanya dapat dikontrol dengan terapi obat-obatan, tetapi tidak dapat disembuhkan. Obat-obat antikonvulsan secara klinis terbukti mampu mengontrol kejadian kejang pada pasien dengan epilepsi.

Piracetam (2-oxo-l-pyrrolidine acetamide) merupakan obat yang bersifat noortropik dengan indikasi yang luas dengan efek samping yang sedikit. Dari studi awal menunjukkan ternyata piracetam juga mampu sebagai antikejang piracetam juga tidak tidak berinteraksi dengan antikonvulsan yang dapat diberikan bersamaan pada pasien dengan epilepsi ini. Dari studi jangka pendek menunjukkan bahwa piracetam mengurangi frekuensi kejang. Piracetam mampu mengontrol kejang mioklonus yang tidak diketahui penyebabnya. Bagaimana efektivitas dan keamanan penggunaan piracetam untuk epilepsi dalam waktu yang lama ?

Studi klinis penggunaan piracetam untuk epilepsi dengan melibatkan sebanyak 11  pasien yang diberikan sebanyak 3,2 gram/ hari  sebagai dosis awal dan selanjutnya dinaikkan secara gradual sampai dosis maksimal 20 gram/ hari. Parameter yang dinilai adalah meliputi: gangguan motorik, gangguan fungsional, dan penilaian umum  ketidakmampuan akibat kejang mioklonusnya. Serta beberapa parameter yang lain seperti frekuensi & kegawatan kejang, disetria, dan gangguan berjalan. Evaluasi ini dilakukan  pada bulan pertama, bulan ke-6,ke-12 dan bulan ke-18.

Kesimpulan:
Piracetam yang diberikan sebagai terapi add-on menunjukkan efektif, efeknya tetap, dan ditoleransi dengan baik untuk pengobatan kejang mioklonik misalnya pada epilepsia.

Sumber : Kalbe.co.id

Efek Citicholine terhadap fungsi Kognitif

Acetylcholine merupakan neurotransmiter yang mempunyai peran yang penting dalam fungsi memori, baik “working memory” maupun “reference memory”, penurunan neurotransmiter khususnya acetylcholine saat ini dipercaya sebagai salah satu penyebab terjadinya penurunan fungsi kognitif ataupun memori seperti demensia Alzheimer’s yang utama ditandai dengan hilangnya memori dan disfungsi kognitif. Penurunan fungsi kognitif ini secara teoritis dapat diperbaiki dengan pemberian obat-obat kolinomimetik.

Acetylcholine sendiri dapat dibentuk dari kolin yang merupakan zat prekrusor acetylcholine. Kolin dapat berasal dari citicoline. Citicoline terutama tersusun atas dua komponen utama yaitu cytidine dan choline. Pada pemberian citicoline  eksternal, akan dilakukan proses hidrolisis dari citicoline yang akan menghasilkan cytidine dan choline yang selanjutnya akan diserap pada saluran cerna. Selanjutnya setelah diserap dan masuk kedalam sel-sel hati kedua komponen tersebut akan dilakukan proses re-fosforilasi dari cytidide dan choline untuk membentuk kembali citicoline yang dibantu oleh PCCT (phosphocoline cytidylyl transferase) yang selajutnya akan terbentuk citicoline dan phosphatidylcholine. Choline yang merupakan hasil pemecahan dari citicoline dapat pula mengalami proses asetilasi menjadi acetylcholine suatu neurotransmiter yang berhubungan dengan kemampuan kognitif ataupun proses pikir ataupun dimetabolisme menjadi betaine yang merupakan sumber donor metil untuk proses metilasi membentuk methionine dan S-adenosyl-L-methionine dengan bahan baku homosistein. Sedangkan S-adenosyl-L-methionine merupakan bahan utama phosphatidyl-ethanolamine dan ataupun membentuk antioksidan GSH. CPD-choline (Citicoline) diketahui mempunyai efek terhadap sistem saraf pusat yang bervariasi, baik kelainan akibat jejas maupun proses degeneratif. Secara umum citicoline mempunyai efek sebagai neuroprotektor karena adanya kemampuan dalam mensitesis fosfatidilkolin yang merupakan salah satu fosfolipid utama dari membran sel serta meningkatkan choline yang merupakan sumber acetylcholine. Namun apakah suplementasi citicoline ini secara ilmiah dapat memperbaiki ataupun menghambat progresivitas penurunan fungsi kognitif ?

Dari suatu review yang dipublikasi oleh The Cochrane, disebutkan bahwa memberikan efek yang positif terhadap fungsi memori dan perilaku. Dalam review tersebut diikutkan sebanyak 14 studi klinis penggunaan citicoline yang memungkinkan dievaluasi. Literatur yang dimasukkan dalam kelompok studi adalah dengan berbagai kelompok umur, berbagai derajat penurunan fungsi kognitif, demensia karena vaskuler atapun senil. Namun dari 14 studi, 7 studi pemberian citicoline selama 20–30 hari, 1 studi diberikan selama 6 minggu, 4 studi diperpanjang antara 2–3 bulan, dan 1 studi diperpanjang evaluasinya dalam waktu 12 bulan. Dalam studi-studi ini terjadi heterogenitas dalam hal dosis, cara pemberian, kriteria inklusi untuk subyeknya dan pengukuran hasil pengobatan. Parameter-parameter yang dilakukanpengukuran diantaranya adalah; perhatian, testing memori,  skala derajat perilaku, global clinical impression dan tolerabilitas.

Hasil dan kesimpulan penulis menunjukkan bahwa suplementasi citicoline memberikan efek positif terhadap fungsi kognitif dan perilaku, minimal dalam kurun waktu yang singkat. Bukti perbaikan global clinical impression cukup kuat, namun terbatas pada lama pemberian.

(sumber : kalbe.co.id

Minggu, 18 April 2010

Kombinasi Sumatripan 85 mg + naproxen 500 mg untuk terapi Migren

Migraine merupakan gangguan neurovaskuler yang bersifat kronik, multifaktorial, yang secara khas ditandai dengan serangan nyeri kepala yang mendadak biasanya unilateral, disfungsi saraf otonom, serta adanya gejala aura. Serangan nyeri kepala ini biasanya sekitar 4 -72 jam, derajat sedang sampai berat. Bahkan dapat disertai dengan gejala mual, muntah, fotofobia, fonofobia, serta gangguan penciuman. Walaupun migraine ini dapat menyerang segala usia namun puncak dari populasi yang terkena migraine adalah pertengahan dewasa muda. Di USA dan Eropa barat prevalensi migraine per tahun diperkirakan secara keseluruhan mencapai 11%, 6 % pada populasi pria dan sekitar 15% - 18% pada populasi wanita. Median frekuensi serangan adalah 1,5 kali per bulan dan median lama serangan adalah sekitar 24 jam, pada paling tidak 10% dari pasien mendapat serangan setiap minggu dan sekitar 20% terjadi serangan paling tidak dalam waktu 2 – 3 hari.

Penatalaksanaan migraine ini secara umum dikelompokkan menjadi terapi non-medikamentosa dan medikamentosa. Sedangkan terapi medikamentosa dapat dikelompokkan menjadi obat yang digunakan untuk mencegah (misalnya: golongan beta antagonis, amiltriptilin, flunarizine, serotonin antagonis, gabapentin, dsb) dan obat yang digunakan untuk terapi migraine. Dan obat yang digunakan untuk terapi migraine dapat dikelompokan menjadi terapi migraine spesifik dan non-spesifik. Obat-obat yang digunakan untuk terapi migraine nonspesifik misalnya adalah: NSAIDs, opiat, dan kombinasi dari analgesik. Sedangkan terapi yang spesifik meliputi: ergotamine, dihydroergotamine, dan golongan triptan efektif untuk penatalaksanaan nyeri kepala neurovaskuler seperti migraine, nyeri kepala kluster.

Sampai saat ini tidak ada terapi tunggal yang memberikan efek yang kuat dan spektrum yang luas, hal ini mungkin berhubungan juga dengan patogenesis yang multi faktorial, yang tentunya akan mempengaruhi berbagai jaras saraf yang akan teraktivasi maupun sensitisasi sehingga terjadi serangan migraine. Dengan dasar hal inilah maka kombinasi obat-obat antimigraine secara teoritis akan memperbaiki respon terhadap pasien migraine. Terapi kombinasi dari golongan triptan dan NSAIDs merupakan salah satu pilihan, triptan akan bekerja pada pembuluh darah sedangkan NSAIDs akan berfungsi sebagai antiinflamasi, dimana pada pasien migraine juga dilepaskan faktor-faktor proinflamasi yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan sensitisasi nosiseptor trigeminal. Studi terbaru menunjukkan naproxen menekan sensitisasi dari sel-sel neuron trigeminovaskuler pada nukleus trigeminal spinalis pada hewan coba yang mengalami nyeri intrakranial.

Salah satu obat kombinasi tetap golongan triptan dan NSAIDs adalah kombinasi sumatriptan dan naproxen. Dari studi-studi yang ada menunjukkan kombinasi sumatriptan+naproxen ini memberikan efek yang lebih baik untuk terapi migraine. Kombinasi yang dipakai adalah sumaptriptan succinate sebanding sumatriptan 85 mg dan naproxen 500 mg dengan formulasi ‘fast-disintegrating, rapid-released formulation”.

Suatu studi kombinasi sumatriptan + naproxen, adalah studi yang melibatkan sekita 500 subyek dengan keluhan migraine. Studi dengan disain acak-tersamar ganda, plasebo-kontrol ini subyek diberikan terapi kombinasi sumatriptan+naproxen atau plasebo dosis tunggal dalam kurun waktu 1 jam saat serangan migraine. Parameter keberhasilan utama adalah hilangnya keluhan nyeri dalam kurun waktu 2 jam setelah konsumsi obat. Dari studi ini diperoleh hasil, bahwa secara ITT dari subyek migraine sebanyak 576 dan 535, pada 2 jam pertama setelah konsumsi obat menunjukkan bahwa sebanyak 52% dan 51% pasien yang mendapat kombinasi sumatriptan dan naproxen merasakan bebas nyeri, dan sebaliknya sebesar 17% dan 15% pada kelompok plasebo (p <0,001). Efek hilangnya nyeri pada kelompok obat terjadi sejak 30 menit pasca mengkonsumsi obat. Pada kelompok in ijuga dalam jam ke-2 dan ke-4 menunjukkan gejala-gejala klasik migraine seperti: mual, fotopobia, dan fonopobia, maupun gejala non-klasik seperti: nyeri tengkuk, perasaan tidak enak atau keluhan nyeri sinus. Efek samping yang paling banyak dilaporkan adalah adanya keluhan mual (4%) dan pusing (2%).

Sedangkan studi yang lebih baru, menunjukkan bahwa kombinasi sumaptriptan 85 mg dan naproxen 500 mg, lebih superior dalam menurunkan gejala nyeri kepala, fotopobia, fonopobia, pada 2 jam pertama setelah mengkonsumsi obat jika dibandingkan dengan sumaptriptan (monoterapi), naproxen (monoterapi), serta plasebo. Serta dengan insidens efek samping yang sebanding. Data-data tersebut diatas mendukung bahwa kombinasi sumaptriptan 85 mg dan naproxen 500 mg dalam satu sediaan memberikan efek yang lebih superior jika dibadingkan dengan monoterapi dari masing-masing dan dengan efek samping yang tidak berbeda bermakna dan secara umum masih ditoleransi dengan baik.

Asupan Magnesium Menurunkan Resiko Stroke Iskemik

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh dr. Susanna C. Larsson dan rekan dari Karolinska Institute di Stockholm, Swedia, memperlihatkan bahwa asupan harian magnesium dalam jumlah yang besar mengurangi risiko stroke iskemik primer pada pria-pria perokok. Pria perokok dengan asupan magnesium tertinggi mengalami penurunan risiko infark serebral sebesar 15%, dibandingkan dengan perokok dengan asupan magnesium terendah. Para peneliti menambahkan bahwa dalam penelitian yang mereka lakukan, asupan magnesium tidak berpengaruh terhadap risiko stroke hemoragik. Hingga kini belum diketahui dengan pasti hubungan antara asupan tinggi magnesium dengan penurunan risiko stroke iskemik, namun diperkirakan terjadi karena efek magnesium terhadap kadar kolesterol dan metabolisme glukosa. Hal ini juga yang mungkin menjelaskan mengapa dalam penelitian ini asupan magnesium tidak berpengaruh terhadap risiko stroke hemoragik. Hasil penelitian dr Susanna dan rekan dipublikasikan dalam the Archives of Internal Medicine.

Hingga kini sudah banyak penelitian yang mempelajari efektifitas magnesium, terhadap penurunan tekanan darah dan risiko hipertensi. Namun data-data prospektif yang berhubungan dengan asupan magnesium terhadap risiko stroke tidak konsisten.

Penelitian yang dilakukan dr.Susanna dan rekan dilakukan untuk mengetahui efek magnesium dosis tinggi terhadap risiko stroke. Penelitian dilakukan menggunakan data-data prospektif dari penelitian the Alpha-Tocopherol, Beta-Carotene Cancer Prevention Study (ATBC). (Penelitian ATBC ini merupakan penelitian acak, tersamar ganda, kontrol plasebo, prevensi primer, melibatkan 26.566 pasien, waktu follow-up rata-rata adalah 13,6 tahun, yang dilakukan untuk mengetahui apakah penggunaan alpha-tocopherol 50 mg sehari atau beta karoten 20 mg sehari dapat mengurangi kejadian kanker paru pada pasien pria perokok). Dari data-data penelitian ATBC ini, dr. Susanna dan rekan menganalisa data-data pasien pria dengan usia 50-69 tahun yang merokok ≥ 5 batang rokok sehari, tanpa riwayat stroke dan memiliki data lengkap diet pada garis dasar (baseline). Hasil akhir primer (primary outcome) penelitian adalah kejadian stroke baru selama penelitian berlangsung.

Selama penelitian ATBC berlangsung terjadi 2.702 kejadian infark serebral, 383 perdarahan intraserebral dan 196 perdarahan subaraknoid. Setelah melakukan penyesuaian terhadap faktor-faktor risiko, dr. Susanna dan rekan menemukan bahwa pria dengan asupan magnesium tertinggi (sekitar 589 mg sehari) memiliki risiko infark serebral yang lebih rendah dibandingkan dengan pria dengan asupan magnesium yang rendah (sekitar 373 mg sehari). Risiko relatif multivarian untuk infark serebral bagi pria dengan asupan magnesium tertinggi adalah 0,85 (95% confidence interval; 0.76-0.97; nilai p dengan kecenderungan (trend) = 0,004) dibandingkan pria dengan asupan magnesium terendah. Hubungan terbalik antara asupan magnesium dengan infark serebral lebih besar pada pria lebih muda dari 60 tahun, dengan risiko relatif 0,76; 95% confidence interval 0,64-0,89; dan nilai p untuk interaksi = 0,02.

Sumber : Kalbe.co.id

Antivirus Spektrum Luas Melawan Berbagai Virus

Perkembangan antibiotik memberikan dokter senjata yang menakjubkan untuk melawan penyakit menular. Obat yang efektif untuk penderitaan yang mengerikan seperti radang paru-paru, sifilis dan TB tiba-tiba tersedia. Selain itu, obat-obatan tersebut cukup fleksibel untuk mengalahkan berbagai ancaman bakteri yang mematikan.

Sayangnya, antibiotik memiliki keterbatasan mendasar: Mereka tidak berguna terhadap virus, yang menyebabkan sebagian besar penyakit infeksi. Obat antivirus telah terbukti jauh lebih sulit untuk dibuat, dan hampir semua secara spesifik diarahkan pada beberapa patogen tertentu – yaitu HIV, virus herpes dan virus influenza. Dua antivirus “spektrum luas” yang digunakan, ribavirin dan interferon-alfa, keduanya menyebabkan efek samping yang buruk.
Sumber : Kalbe.co.id

Sekarang, para peneliti dari University of Texas Medical Branch di Galveston, UCLA, Harvard University, US Army Medical Research Institute of Infectious Diseases and Cornell University telah bekerja sama untuk mengembangkan dan menguji senyawa antivirus spektrum luas yang mampu menghentikan berbagai virus yang sangat berbahaya, termasuk antara lain: Ebola, HIV, virus hepatitis C, virus West Nile, virus demam Rift Valley dan virus demam kuning.

Peneliti UCLA dipimpin oleh Dr. Benhur Lee – rekan penulis pada tulisan yang muncul dalam Proceedings of the National Academy of Science – mengidentifikasi senyawa (yang mereka sebut LJ001), setelah melakukan skrining sebuah “perpustakaan” dari sekitar 30.000 molekul untuk menemukan satu molekul yang menghalangi masuknya virus Nipah yang mematikan ke sel induk. Percobaan berikutnya mengungkapkan bahwa LJ001 memblokir virus yang lain, seperti Nipah, yang dikelilingi oleh kapsul lemak yang dikenal sebagai amplop. Hal ini tidak berpengaruh pada virus yang tidak memiliki amplop.

“Begitu kami memulai semakin banyak pengujian, kami menyadari bahwa senyawa tersebut hanya menargetkan virus yang memiliki amplop,” kata Alexander Freiberg, direktur UTMB Robert E. Shope, MD Laboratorium, laboratorium Biosafety Level 4 di mana banyak pekerjaan kultur sel dilakukan, serta studi tikus dengan virus Ebola dan virus demam Rift Valley. “Kami mengikuti dan menentukan bahwa entah bagaimana senyawa tersebut mengubah amplop lipid untuk mencegah fusi partikel virus dengan sel induk.”

Tambahan percobaan menunjukkan bahwa sementara LJ001 juga berinteraksi dengan membran sel, yang memiliki komposisi hampir identik dengan virus amplop, hal itu tidak menyebabkan efek yang buruk. Alasannya, menurut para peneliti: Sel dapat dengan cepat memperbaiki membran, tetapi virus tidak dapat memperbaiki amplop mereka.

“Pada konsentrasi antivirus, setiap kerusakan yang dilakukan pada membran sel dapat diperbaiki, sedangkan kerusakan pada amplop virus menetap, yang tidak memiliki kapasitas regeneratif yang melekat, adalah permanen dan tidak dapat diubah,” kata Lee.

Jumat, 16 April 2010

Sleep Apnea Meningkatkan Resiko Stroke



Studi yang dipublikasikan di American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine mengungkap, laki-laki dengan sleep apnea sedang hingga berat berisiko hampir tiga kali lipat lebih besar dibandingkan laki-laki dengan sleep apnea ringan atau tanpa sleep apnea. Di sisi lain, peningkatan risiko hanya signifikan pada perempuan dengan sleep apnea kronis.

Obstruktive sleep apnea (OSA) memperbesar risiko stroke pada laki-laki dan membahayakan perempuan. Selain itu, menurut temuan peneliti, peningkatan risiko pada lelaki juga diikuti dengan peningkatan keparahan. Keparahan ini juga disebabkan kecenderungan lelaki sudah mengalami sleep apnea sejak usia muda namun dibiarkan dalam jangka waktu lama tanpa ditangani.

OSA merupakan bentuk apnea yang paling sering terjadi. Sleep apnea atau henti nafas terjadi saat nafas Anda menjadi sangat dangkal atau kemungkinan Anda berhenti bernafas untuk sementara waktu saat tidur. Kondisi henti nafas ini bisa terjadi ratusan kali dalam semalam dan bisa mengurangi aliran oksigen ke organ-organ vital dan mengganggu ritme jantung.

Dalam studi ini, peneliti menggunakan data dari Sleep Heart Health Study. Di awal studi, partisipan menjalani tes tidur di rumah untuk menentukan apakah mereka memiliki sleep apnea serta mengukur tingkat keparahan sleep apnea yang mereka derita.

Peneliti mengikuti perkembangan partisipan selama sembilan tahun. Dalam rentang waktu ini, 193 partisipan menderita stroke (85 dari 2.462 laki-laki dan 108 dari 1.960 partisipan perempuan yang turut ambil bagian dalam studi).

"Meskipun perempuan lebih banyak terserang stroke, secara umum lebih banyak laki-lai penderita sleep apnea yang terserang dibandingkan laki-laki yang tanpa sleep apnea. Sedang pada perempuan hubungan sleep apnea dan stroke tidak terlalu kuat," tutur peneliti Susan Redline, MD, MPH, dari Case Western Reserve University di Cleveland, seperti dikutip situs webmd.com, Kamis (8/4).

Menurut peneliti, lebih dari 15 juta kejadian stroke terjadi setiap tahunnya di seluruh penjuru dunia, dan sekitar satu per tiga kasus stroke tersebut fatal. Peningkatan risiko stroke pada orang-orang dengan sleep apnea tetap terjadi meskipun tanpa disertai faktor risiko lain, seperti berat badan, tekanan darah tinggi, ras, diabetes dan kebiasaan merokok.

Sumber : Kalbe.co.id

Sediaan Aspirin Kunyah Diadsorpsi Lebih Baik

Sebuah penelitian memperlihatkan bahwa aspirin kunyah
diabsorpsi lebih baik dibandingkan dengan aspirin padat yang
ditelan maupun aspirin padat yang dikunyah terlebih dahulu.
Hasil penelitian ini dipresentasikan oleh dr. Sean Nordt dari
University of California, San Diego, Amerika Serikat, pada pertemuan
the Society of Academic Emergency Medicine. Hasil
penelitian ini mendukung pedoman terapi (guideline) yang
menyatakan bahwa aspirin kunyah lebih baik pada pasienpasien
sindrom koroner akut.
Dr. Nordt menjelaskan bahwa walaupun AHA (American
Heart Association) dan ACC (American College of Cardiology)
sudah merekomendasikan bahwa mengunyah tablet aspirin
dapat meningkatkan absorpsi, belum ada penelitian yang
mem- bandingkan secara langsung ketiga cara pemberian
aspirin (aspirin padat langsung ditelan, aspirin padat dikunyah
dulu sebelum ditelan dan sediaan aspirin kunyah).
Penelitian three-arm crossover ini melibatkan 14 sukarelawan
dengan usia rerata 31 tahun (20-61 tahun). Para sukarelawan
dibagi menjadi 3 kelompok: kelompok I diberi tablet aspirin
sediaan padat untuk ditelan; kelompok ke II diberi tablet
aspirin sediaan padat yang dikunyah terlebih dahulu sebelum
ditelan; dan kelompok ke III diberi sediaan aspirin kunyah.
Setiap sukarelawan menerima aspirin dosis supraterapeutik
sebesar 1950 mg. Setelah puasa selama 6 jam, obat diminum
bersama air. Sebelum dilakukan penyilangan (crossover), ada
periode washout selama 7 hari.
Konsentrasi aspirin tertinggi terdeteksi setelah 3 jam pada
ketiga kelompok penelitian: kelompok I (10,4 mg/dL), kelompok
II (11,3 mg/dL) dan pada kelompok III (12,2 mg/dL). Kadar
salisilat dalam darah sudah terdeteksi setelah 45 menit pada
kelompok ke III. Pada kelompok I kadar salisilat belum terdeteksi
setelah 60 menit pada 6 dari 14 orang dan pada
kelompok ke II kadar salisilat belum terdeteksi setelah 60
menit pada 1 dari 14 orang.
Dr. Nordt dan rekan menyimpulkan bahwa sediaan aspirin
kunyah diabsorpsi lebih cepat dibandingkan dengan sediaan
padat yang ditelan maupun sediaan padat yang dikunyah.
Berdasarkan data ini, pemberian aspirin kunyah lebih dianjurkan
pada pasien sindrom koroner akut.
Penelitian lanjutan berupa penelitian prospektif yang melibatkan
pasien-pasien dengan sindroma koroner akut perlu dilakukan
untuk mengetahui apakah keunggulan aspirin kunyah dibandingkan
sediaan padat bermakna secara klinik.
Simpulan:
Aspirin kunyah diabsorpsi lebih baik dibandingkan dengan
aspirin padat yang ditelan maupun aspirin padat yang dikunyah
terlebih dahulu. (YYA)


Sumber : Cermin Dunia Kedokteran.5/11/2009


Penyakit Jantung Bertopeng Masuk angin

Nyeri yang menjalar ke lengan, punggung, rahang, dan perut, lalu mual, pusing serta keringat dingin sering dianggap sebagai masuk angin. Jika sering mengalaminya sebaiknya waspada, karena itu merupakan salah satu gejala penyakit jantung yang menyerupai masuk angin.

Kamis, 15 April 2010

TV bisa mengganggu perkembangan bahasa Anak

Sebuah studi di Amerika menentang klaim yang mengatakan
bahwa DVD dengan target bayi bermanfaat untuk mereka.
Televisi mengurangi interaksi verbal antara orang tua dan
bayi, yang dapat menunda pengembangan bahasa anakanak.

Infeksi Parasit yang bisa Menyebabkan Stroke

Stroke masih menjadi momok karena bisa berakibat fatal. Stroke diakibatkan penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah atau pecahnya pembuluh darah. Tapi kini infeksi parasit tropis juga bisa menyebabkan stroke.

Ilmuwan menemukan penyakit Chagas yang disebabkan oleh infeksi parasit Trypanosoma cruzi bisa meningkatkan risiko stroke akibat komplikasi jantung dan pembekuan darah.

Penyakit Chagas terjadi ketika seseorang digigit serangga atau kutu yang kotorannya mengandung Trypanosoma cruzi. Serangga ini akan membuang kotoran itu ketika menghisap darah manusia atau mamalia. Orang yang terinfeksi parasit ini akan merasakan demam, lemah terlihat pembengkakan di kelopak mata.

Dalam jurnal Lancet Neurology, ilmuwan dari Spanyol telah memperingatakan risiko terkena stroke bisa terjadi pada pasien yang terinfeksi parasit Trypanosoma cruzi.

Penyakit Chagas adalah penyakit di daerah tropis dan menjadi endemik di Amerika Latin. Tapi emigrasi jutaan orang ke Eropa, Amerika Utara, Jepang dan Australia selama 20 tahun terakhir juga membuat penyakit Chagas menjadi masalah kesehatan yang muncul di banyak Negara.

Masalah lain yang timbul adalah banyaknya pasien dengan penyakit Chagas yang tidak tahu bahwa mereka sudah terinfeksi.

"Dokter dan masyarakat harus diberitahu mengenai peningkatan risiko stroke akibat penyakit infeksi ini. Selain itu juga diperlukan uji klinis untuk menilai apakah obat pengencer darah bisa membantu mencegah stroke pada pasien infeksi Chagas," ujar Dr Francisco Javier Carod-Artal dari Virgen de la Luz hospital di Cuenca seperti dikutip dari BBCNews, Kamis (15/4/2010).

Sharlin Ahmed dari Asosiasi Stroke Amerika menuturkan penyakit infeksi Chagas dapat menyebabkan masalah jantung yang parah sehingga membuat orang-orang yang terinfeksi berisiko terkena stroke.

"Jantung menjadi melemah dan tidak mampu memompa darah, hal ini sangat berpotensi menyebabkan pembentukan gumpalan darah yang jika dibawa ke otak dapat memicu stroke," ujar Sharlin Ahmed.
Sumber : http://health.detik.com/read/2010/04/15/113336/1338776/763/infeksi-parasit-yang-bisa-memicu-stroke

Rabu, 14 April 2010

Kebutuhan DHA pada Bayi

Berapa sih kebutuhan DHA bayi per hari, dan bagaimana menakarnya?

Belum lama beredar artikel mengenai bahaya kelebihan Docosahexanoic Acid (DHA). Meski sejauh ini baru terlihat dialami masyarakat Eskimo dengan gejala berupa perdarahan, mirip vlek berwarna kebiruan di kulit, tak urung banyak juga orangtua yang mempertanyakan kebenaran kabar tersebut. Seperti diketahui, masyarakat Eskimo adalah pengonsumsi ikan laut dalam jumlah banyak dan ikan laut secara alami potensial mengandung asam lemak tersebut.



Meski begitu, mungkinkah kita dan anak-anak kita yang sehari-hari mengonsumsi susu ber-DHA dan mungkin ditambah lagi dengan suplemen DHA mengalami kelebihan dosis? Marzuki Iskandar, STP, MTP, menjawab, “Tubuh punya mekanisme sendiri untuk memformulasikan kebutuhan DHA. Misalnya saja, berapa pun banyaknya susu yang dikonsumsi ibu hamil, makanan yang dihasilkannya untuk janin atau ASI untuk bayinya akan tertakar dengan pas, tak kurang ataupun lebih.”

Tubuh punya mekanisme sendiri untuk memformulasikan kebutuhan DHA. Misalnya saja, berapa pun banyaknya susu yang dikonsumsi ibu hamil, makanan yang dihasilkannya untuk janin atau ASI untuk bayinya akan tertakar dengan pas, tak kurang ataupun lebih.


Namun begitu, Marzuki menganjurkan untuk tidak melakukan “pemborosan” DHA (dan tentu saja pengurangan pemenuhan kebutuhan DHA), sebab untuk itu memang ada angka yang sudah ditetapkan WHO, yaitu sekitar 20 mg/kg berat tubuh per hari. Sebagai ilustrasi, bayi dengan BB 10 kg, angka kebutuhan DHA-nya adalah 0,2 g/hari. Jadi sekiranya ibu-ibu menghitung bahwa bayinya sudah mendapat asupan DHA yang cukup dari ASI atau susu formula, dan sumber makanan lain, ya sebaiknya tidak perlu ditambah lagi.

DR. dr. Damayanti Rusli, Sp.A(K)., dari FKUI/RSCM, Jakarta., seperti yang pernah dimuat dalam rubrik Tanya Jawab Gizi tabloid nakita, menjelaskan, asam linolenat (Omega-3) dan asam linoleat (Omega-6) adalah asam lemak tak jenuh berantai panjang yang menggunakan enzim sama (elongase dan desaturase) untuk menghasilkan DHA (dari linolenat) dan AA (dari linoleat). Keduanya bersifat esensial atau tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh, hingga harus ada asupan dari makanan. Tingginya kadar DHA dalam darah memang akan mengurangi pembentukan AA, yang pada beberapa kasus dilaporkan terjadi perdarahan atau hemolisis (pecahnya sel darah merah). Nah, di sinilah letak bahaya jika kadar DHA dalam darah terlalu tinggi. Oleh sebab itu, dalam mengonsumsi makanan perlu diperhatikan komposisi/perbandingan asam linoleat dengan asam linolenat, yaitu 5:1 sampai dengan 15:1. Sedangkan perbandingan DHA:AA antara 1:1 sampai 1:2.

Sumber asam linoleat antara lain minyak jagung, minyak bunga matahari, minyak kapas, minyak kacang, minyakwijen, dan lain- ain. Sedangkan, sumber asam linoleat dan linolenat antara lain kacang merah, kacang kedelai, minyak kedelai. Orangtua sebenarnya tidak perlu kelewat cemas. Kasus kelebihan DHA seperti yang dialami orang Eskimo merupakan contoh ekstrem. Mereka mengonsumsi ikan setiap hari dalam rentang waktu yang sangat panjang karena alamnya memang mengondisikan demikian.

Sebaliknya, di luar kondisi ekstrem tersebut orangtua tak perlu khawatir apakah bayi mendapatkan DHA dalam jumlah yang cukup. Mengapa? Tak lain karena kebutuhan tersebut akan terpenuhi dari komposisi gizi seimbang dalam konsumsi makanan sehari-hari.

SEMUA ADA DALAM ASI
Tumbuh kembang otak sejak kehamilan 6 bulan hingga anak berumur 2 tahun sedang pesatpesatnya. Sampai umur 1 tahun, 60% energi dari makanan bayi digunakan untuk pertumbuhan otak. Karenanya bayi membutuhkan banyak protein, karbohidrat, dan lemak, juga vitamin B1, B6, asam folat, yodium, zat besi, seng, termasuk di dalamnya DHA. “Semua kebutuhan tersebut sudah tersedia lengkap dalam ASI,” kata Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi., dari Divisi Tumbuh Kembang Pediatri Sosial, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUIRSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta. “Jadi, selama orangtua bisa memberikan ASI yang cukup kepada bayinya, maka tak perlu khawatir akan kekurangan atau kelebihan zat penting ini.

Karena takaran yang terkandung dalam ASI sudah benar-benar pas sesuai kebutuhan bayi.” DHA adalah zat penting yang sangat dibutuhkan sebagai komponen utama pembentuk otak dan retina mata manusia. Selain berperan penting dalam mengoptimalkan fungsi membran sel otak dan fungsi retina mata serta sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel-sel saraf otak. Lebih jauh DR. Moesijanti Yudiarti Endang Soekatri, MCN., dari PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) menjelaskan bahwa DHA adalah sumber energi dan pelarut vitamin selain sebagai pembentuk sel-sel otak. Meski sel-sel otak sudah terbentuk sejak dalam kandungan dan jumlahnya terus bertambah mencapai milyaran di usia 2 tahun, belum ada hubungan antar selsel tersebut. Hubungan antarsel inilah yang membentuk rangkaian fungsi. Sementara kualitas dan kompleksitas rangkaian hubungan antarsel otak ditentukan oleh stimulasi (rangsangan) dari lingkungan serta nutrisi. “Karenanya orangtua harus benar-benar memberikan yang terbaik untuk bayinya,” Soedjatmiko.

Seperti diketahui, sel otak tersusun atas 50% lemak dan 50% protein. Lemak yang terdapat dalam jaringan sel otak adalah LCPUFA atau asam lemak rantai panjang tak jenuh ganda yang di dalamnya terkandung DHA sebanyak 40%. Sementara jenis bahan pangan yang secara alami kaya akan asam lemak esensial ini adalah ikanikan yang terdapat di perairan laut dalam seperti tuna, salmon, makarel, hering, dan sebagainya. Bayi-bayi yang mendapat ASI cukup tentu tidak kesulitan mendapatkan zat yang sarat manfaat ini. Namun, bagaimana dengan mereka yang tidak mendapat ASI? “Kalau memang sangat terpaksa tidak bisa memberikan ASI, maka susu formula yang tersedia sudah diformulasikan untuk mencukupi kebutuhan tersebut,” kata Moesijanti. Setelah 6 bulan, bayi sudah bisa dikenalkan pada makanan-makanan lain yang mengandung asam linoleat dan linolenat. Dengan demikian apa yang dibutuhkannya pun dapat terpenuhi.

Sumber :http://www.balita-anda.com/ensiklopedia-balita/640-kebutuhan-dha-pada-bayi.html


Arsenik Digunakan untuk Pengobatan Kanker Darah

Shanghai, Arsenik adalah zat kimia yang paling beracun dan bisa mematikan. Tapi peneliti dari China memakai arsenik sebagai obat untuk menyembuhkan kanker darah.

Studi dilakukan peneliti China menemukan ketika arsenik dikelola dengan benar, maka target dari arsenik adalah membunuh protein spesifik yakni protein yang membuat sel-sel kanker darah tetap hidup.

Selama ini arsenik memang telah lama digunakan di China sebagai salah satu komponen obat tradisional.

Sejak tahun 1992, dokter di China menggunakan zat arsenik untuk mengobati kanker darah atau leukimia promyelocytic akut (acute promyelocytic leukemia/APL). Tapi saat itu dokter belum yakin tentang bagaimana substansi zat ini bekerja di dalam tubuh untuk membunuh sel kanker.

Ketua peneliti Zhang Xiaowei dan rekan-rekannya memecahkan misteri ini dengan menggunakan teknologi moderen untuk menemukan bahwa arsenik dapat digunakan untuk menyerang protein khusus dari kanker darah dan menghancurkannya.

"Hasil penelitian klinis menunjukkan bahwa arsenik dapat dengan ampuh membunuh kanker darah dan lebih dari 90 persen pasien APL di China dapat bertahan bebas dari penyakit ini paling tidak selama 5 tahun," ujar Xiaowei dari State Key Laboratory of Medical Genomics di Shanghai, China, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (14/4/2010).

Xiaowei menjelaskan pengobatan arsenik ini tidak seperti kemoterapi, karena efek samping dari arsenik dalam membunuh leukimia sangat rendah. Sehingga tidak menimbulkan efek kehilangan rambut atau kerusakan fungsi sumsum tulang.

Dengan hasil yang ditunjukkan tersebut, peneliti menjadi tertarik untuk mengetahui apakah arsenik dapat digunakan untuk mengobati jenis kanker lainnya dan berharap bisa menjadi alternatif pilihan pengobatan kanker.

Leukimia promyelocytic akut sejenis dengan leukimia myeloid akut (acute myeloid leukemia/AML) yang merupakan salah satu jenis kanker darah. APL adalah jenis leukemia yang dapat menyebabkan masalah pendarahan yang bisa mengancam jiwa atau disebut dengan disseminated intravascular coagulation (DIC).

Pasien APL memiliki masalah dengan pertumbuhan sel darahnya pada tahap perkembangan (tahap promyelocyte). Masalah ini menyebabkan sel darah tumbuh dalam bentuk yang aneh dan tidak dapat berfungsi seperti sel-sel darah yang bentuknya normal.

Sumber :http://health.detik.com/read/2010/04/14/163027/1338289/763/zat-beracun-arsenik-digunakan-untuk-pengobatan-kanker-darah

Minggu, 11 April 2010

Skrining 14 jenis kanker dalam satu pemeriksaan

Saat ini kanker merupakan salah satu penyakit yang ditakuti di seluruh dunia. Bahkan menurutWorld Cancer Report, The International agency for Research on Cancer (IARC) 2009 diperkirakan pada tahun 2010 nanti kanker akan menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia. Untuk Indonesia sendiri berdasarkan hasil dari Riskesdas Depkes tahun 2007, kanker merupakan penyebab kematian ke-7 setelah penyakit stroke, TB, hipertensi, cedera, perinatal dan diabetes mellitus dengan prevalensi tumor mencapai 4,3 per 1000 orang penduduk.

Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan kanker adalah merokok, obesitas, kurang mengkonsumsi sayur dan buah, kurangnya aktifitas fisik, konsumsi minuman beralkohol yang berlebih, polusi udara dan terkena penyakit infeksi menular seksual seperti HIV atau HPV. Selain itu masih ada lagi faktor lain yaitu riwayat keluarga atau genetika. Saat ini diketahui ada 100 jenis kanker yang menyerang manusia dengan 14 diantaranya merupakan kanker yang paling sering dijumpai, yaitu : kanker hati, paru, lambung, esophagus (kerongkongan), prostat, kolorektal (usus besar dan anus), payudara, ovarium, pancreas, rahim, testis, kandung kemih, tiroid dan endometrium.

Pencegahan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari terkena penyakit kanker, walaupun tidak semua jenis kanker dapat dicegah namun kematian akibat kanker dapat dihindari dengan cara deteksi dini kanker dan pengobatan yang tepat. Hal ini karena apabila kanker dapat diketahui pada stadium awal maka pengobatan yang dilakukan bertujuan untuk penyembuhan penyakitnya, sedangkan apabila sudah pada stadium lanjut dan menyebar maka biasanya pengobatan yang dilakukan bertujuan untuk memperpanjang usia hidup pasien.

Untungnya dengan perkembangan teknologi terbaru saat ini di bidang proteomic dan protein chip/microarray telah mendorong terciptanya Biomarker C-12 protein chips seperti yang dijelaskan oleh dr. Agus Kosasih, Sp.PK dan ibu Ampi Retnowardani selaku marketing communication manager dari Laboratorium Kinik Prodia pada acara konfrensi pers mengenai konsep baru dalam skrining kanker yang berlangsung di Prodia Tower tanggal 17 November kemarin. Biomarker C-12 protein chips sendiri merupakan analisa paralel dari 12 tipe penanda tumor yang berbeda yang dapat mendeteksi 14 macam kanker yang paling umum terjadi hanya dalam satu pemeriksaan saja. 12 macam penanda tumor yang diperiksa tersebut adalah CA 19-9, AFP, NSE, f-PSA, CEA, PSA, CA 242, CA 125, Ferritin, HGH, HCG dan CA 15-3.

Pemeriksaan Biomarker C-12 protein chip ini memiliki kelebihan dibandingkan pemeriksaan lain, yaitu :
  • Memiliki akurasi yang lebih tinggi dibandingkan pemeriksaan penanda tumor tunggal.
  • Dalam satu pemeriksaan didapatkan 12 hasil penanda tumor.
  • Sampel darah yang diperlukan hanya 2 cc, sedangkan jika menggunakan pemeriksaan tunggal untuk 12 macam pemeriksaan tersebut + diperlukan 10 cc.
  • Biaya lebih efisien dibandingkan pemeriksaan 12 macam penanda tumor tunggal.
Untuk saat ini pemeriksaan yang dapat menskrining 14 jenis tumor tersebut telah dapat dilakukan di laboratorium klinik prodia dan tersedia discount sebesar 20 % bagi yang berminat untuk melakukan pemeriksaan tersebut, berlaku sampai dengan akhir November 2009.

Sumber : http://medicastore.com/berita/159/Skrining_14_Jenis_Kanker_dalam_Satu_Pemeriksaan.html

Sabtu, 10 April 2010

Pentingnya Kentut Pasca Operasi

Setelah operasi pasien umumnya tidak boleh makan, minum dan tetap tinggal di rumah sakit sampai pasien tersebut berhasil mengeluarkan gas dari tubuhnya. Kenapa kentut penting setelah operasi?

Menunggu sampai kentut kadang menjadi suatu hal yang tidak nyaman bagi beberapa orang terutama bagi kaum perempuan. Tapi buang angin setelah operasi merupakan hal penting yang harus diberitahukan kepada dokter atau suster. Karena hal ini menunjukkan adanya kemajuan dari dalam diri pasien tersebut.

Seperti dikutip dari About.Surgery, Jumat (9/4/2010) karena obat bius atau anestesi yang digunakan untuk operasi tidak hanya membuat pasien tertidur dan tidak merasakan apa-apa, tapi juga membuat usus kecil dan besar dari pasien tersebut juga 'tertidur'.

Selama operasi usus atau isi perut tertidur dan tidak melakukan gerakan apapun yang melewati sistem pencernaan, maka secara otomatis hal ini menandakan tidak ada gas yang melewatinya.

Setelah operasi selesai dilakukan dan orang tersebut sudah sadar, maka seseorang harus berhasil mengeluarkan gas di dalam tubuhnya terlebih dahulu. Jika gas dalam tubuh sudah berhasil dikeluarkan (sudah kentut) maka hal ini menandakan bahwa bagian isi perut sudah bangun dari tidurnya dan dapat bekerja kembali.

Kebanyakan ahli bedah tidak akan mengizinkan pasiennya untuk pulang atau keluar dari rumah sakit jika belum kentut, karena hal itu menandakan sistem pencernaannya belum berfungsi secara normal, kecuali jika ada hal lain yang membuat situasinya berbeda.

Jika seseorang yang belum bisa kentut sudah memaksakan diri untuk makan, minum atau keluar dari rumah sakit, dikhawatirkan usus belum mampu bekerja normal sehingga memungkinkan terjadinya penyumbatan saat makanan tersebut melewati usus.

Bagi seseorang yang baru selesai melakukan operasi sebaiknya tidak menganggap remeh sebuah kentut, karena ketut bisa menandakan sudah normalnya kembali sistem pencernaan orang tersebut.(Vera Farah Bararah - detikHealth)

Sumber : http://health.detik.com/read/2010/04/09/133014/1335256/763/pentingnya-kentut-setelah-operasi

Overdosis Vitamin

Terkadang orang masih terus mengonsumsi suplemen vitamin meskipun kebutuhan vitamin dalam tubuhnya telah terpenuhi. Akibatnya sering terjadi kondisi overdosis vitamin. Apa saja tanda-tanda overdosis vitamin?

Vitamin adalah nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup oleh tubuh manusia untuk menjalankan fungsi tertentu. Namun, jika tubuh kelebihan vitamin alias overdosis justru akan menimbulkan efek samping yang buruk.

Vitamin diklasifikasikan manjadi dua, yaitu yang larut dalam air (vitamin B dan C) dan larut dalam lemak (vitamin A, D, E dan K). Semua vitamin diperoleh dari sumber tumbuhan dan hewan, atau keduanya.

Tidak adanya vitamin dalam tubuh dapat menimbulkan suatu kondisi yang dikenal sebagai defisiensi vitamin (kekurangan vitamin).

Beberapa penyakit dari defisiensi vitamin menunjukkan kondisi medis yang cukup parah, dan karenanya orang disarankan untuk melakukan diet seimbang untuk mencegah kondisi ini. Ada juga tersedia suplemen vitamin yang dapat membantu memenuhi kebutuhan vitamin dalam tubuh.

Kondisi overdosis vitamin muncul ketika ada kelebihan asupan salah satu vitamin. Kondisi ini juga dikenal sebagai keracunan vitamin, karena kelebihan vitamin dalam tubuh menimbulkan beberapa efek samping.

Overdosis vitamin yang larut dalam lemak menimbulkan efek samping yang lebih serius dibandingkan dengan vitamin yang larut dalam air.

Hal ini karena, kelebihan vitamin yang larut dalam air bisa diatasi dengan banyak minum dan mengeluarkannya dari tubuh melalui urin. Ini bertentangan dengan vitamin yang larut dalam lemak.

Seperti dilansir vitamins-nutrition.org, Jumat (9/4/2010), gejala-gejala overdosis atau keracunan vitamin tergantung pada jumlah vitamin yang berlebih.

Overdosis vitamin A


Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang penting bagi penglihatan normal dan produksi sel di dalam tubuh. Gejala overdosis vitamin A:
  1. Penglihatan kabur
  2. Pusing
  3. Keadaan pingsan
  4. Haid tidak teratur
  5. Mual
  6. Insomnia
  7. Diare
  8. Ruam kulit
  9. Nyeri sendi
  10. Sakit kepala

Overdosis vitamin B

Vitamin B, juga dikenal sebagai B kompleks, adalah satu set vitamin B1 (thiamin), B2 (riboflavin), B3 (niacin), B6 (pyridoxine), B9 (asam folat), dan B12 (cobalamin).
Gejala overdosis vitamin B:
  1. Susah bernapas
  2. Nyeri dengan sensai terbakar
  3. Mati rasa di kaki dan tangan
  4. Kehilangan koordinasi otot
  5. sakit kepala
  6. Depresi
  7. Kelumpuhan

Overdosis vitamin C


Vitamin C atau asam askorbat sangat penting untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan juga untuk menyembuhkan luka lebih cepat.
Gejala overdosis vitamin C:
  1. Sariawan
  2. Batu ginjal
  3. Diare
  4. Sakit perut
  5. Badan panas
  6. Sakit perut
  7. Insomnia

Overdosis vitamin D

Vitamin D atau calciferol diperlukan untuk penyerapan kalsium serta pertumbuhan dan pemeliharaan tulang dalam tubuh.
Gejala overdosis vitamin D:
  1. Kelemahan otot
  2. Sakit kepala
  3. Tuli
  4. Kehilangan nafsu makan
  5. Mual
  6. Kelelahan
  7. Muntah
  8. Nyeri tulang

Overdosis vitamin E

Vitamin E merupakan antioksidan penting yang juga diperlukan untuk reproduksi normal pada manusia.
Gejala overdosis vitamin E adalah:
  1. Hipertensi
  2. Kelemahan otot
  3. Kelelahan
  4. Payudara lunak
  5. Lambat penyembuhan luka

Overdosis vitamin K

Vitamin K merupakan vitamin penting yang dibutuhkan oleh tubuh karena membantu dalam penggumpalan darah.
Gejala overdosis vitamin K meliputi:
  1. Mual
  2. Muntah
  3. Anemia
  4. Diare
  5. Ruam kulit

Jika ada gejala yang disebutkan di atas, pengobatan overdosis vitamin sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter. Karena sebagian besar gejalanya seperti gejala medis yang lain, maka penting untuk didiagnosa dengan baik.

Segera hentikan asupan suplemen vitamin adalah langkah utama dalam mengobati overdosis vitamin. Kedua, dokter mungkin menyarankan untuk menghindari makan makanan yang tinggi kadar vitamin masing-masing. Ketiga, dokter mungkin meresepkan beberapa obat yang membantu dalam mengobati gejala overdosis vitamin.

Gejala overdosis vitamin dapat diobati jika tepat waktu dan perawatan yang tepat dilakukan. Sebagai tindakan pencegahan, perlu juga untuk memeriksa label multivitamin dan suplemen untuk agar lebih aman.(wahyuningsih)

Sumber :http://health.detik.com/read/2010/04/10/122446/1335759/766/tanda-tanda-overdosis-vitamin

Kamis, 08 April 2010

Vertigo, Si Pusing Tujuh Keliling

Mungkin anda maupun keluarga pernah merasakan pusing seolah-olah anda maupun lingkungan serasa berputar-putar? Inilah yang dinamakan vertigo. Kebanyakan orang membahasakan vertigo dengan istilah pusing tujuh keliling. Vertigo merupakan sebuah gejala, dan bukan merupakan penyakit. Seseorang yang mengalami vertigo merasakan seolah-olah ia merasa berputar, atau seolah-olah benda di sekelilingnya bergerak atau berputar, biasanya disertai dengan mual, muntah, dan kehilangan keseimbangan.

Vertigo subyektif dikatakan bila penderita merasakan dirinya berputar-putar, sedangkan bila ia merasakan lingkungan sekitarnya yang berputar dinamakan vertigo objektif. Vertigo biasanya muncul karena adanya gangguan sistem vestibular (misalnya terdapat gangguan pada struktur telinga bagian dalam, saraf vestibular, batang otak, dan otak kecil/cerebellum). Sistem vestibular bertanggung jawab untuk mengintegrasikan rangsangan terhadap indera dan gerakan tubuh. Selain itu sistem vestibular bertugas menjaga agar suatu obyek ada di fokus penglihatan saat tubuh bergerak. Ketika kepala bergerak, sinyal ditransmisikan ke labirin, yang terdapat di telinga bagian dalam. Labirin kemudian membawa informasi ke saraf vestibular yang kemudian diteruskan ke batang otak dan otak kecil, yang berfungsi mengontrol keseimbangan, postur, dan kordinasi gerak.


ear-cutaway


Penyebab Vertigo
Anda yang pernah mengalami vertigo mungkin sering bertanya-tanya, “Mengapa ya saya mengalami vertigo?”
Penyebab vertigo bermacam-macam. Vertigo bisa disebabkan karena adanya gangguan pada sistem vestibular perifer (ganguan pada telinga bagian dalam). Pusing juga bisa muncul sebagai akibat dari gangguan sistem vestibular sentral (misalnya saraf vestibular, batang otak, dan otal kecil). Pada beberapa kasus, penyebab vertigo tidak diketahui.

Gangguan vestibular perifer meliputi Benign Paroksimal Positional Vertigo (BPPV; vertigo karena gangguan vestibular perifer yang paling banyak ditemui), sindrom Cogan (terjadi karena ada peradangan pada jaringan ikat di kornea, bisa mengakibatkan vertigo, telinga berdenging dan kehilangan pendengaran), penyakit Ménière (adanya fluktuasi tekanan cairan di dalam telinga/ endolimf sehingga dapat mengakibatkan vertigo, telinga berdenging, dan kehilangan pendengaran). ototoksisitas (keracuanan pada telinga), neuritis vestibular (peradangan pada sel saraf vestibular, dapat disebabkan karena infeksi virus).

Beberapa obat dan zat kimia (seperti timbal, merkuri, timah) dapat menyebabkan ototoksitas, yang mengakibatkan kerusakan pada telinga bagian dalam atau saraf kranial VIII dan menyebabkan vertigo. Kerusakan dapat bersifat temporer maupun permanen. Penggunaan preparat antibiotik (golongan aminoglikosida, yaitu streptomisin dan gentamisin) jangka panjang maupun penggunaan antineoplastik (misalnya cisplatin maupun carboplatin) dapat menyebabkan ototoksisitas permanen. Konsumsi alkohol, meskipun dalam jumlah kecil, dapat menyebabkan vertigo temporer pada beberapa orang.

Atasi Vertigo pada Penyebabnya
Vertigo dapat diatasi dengan beberapa cara, bergantung pada penyebabnya. Jika vertigo terjadi akibat penggunaan obat, maka kurangi dosisnya atau hentikan obat yang diduga sebagai penyebab munculnya vertigo. Pemilihan metode untuk mengatasi vertigo dapat anda konsultasikan dengan dokter anda. Berikut beberapa metode dalam mengatasi vertigo yang mengganggu.

Terapi Rehabilitasi Vestibular
CanalithTerapi rehabilitasi vestibular (vestibular rehabilitation therapy/VRT) merupakan terapi fisik untuk menyebuhkan vertigo. Tujuan terapi ini adalah untuk mengurangi pusing, meningkatkan keseimbangan, dan mencegah seseorang jatuh dengan mengembalikan fungsi sistem vestibular.

Pada VRT, pasien melakukan latihan agar otak dapat menyesuaikan dan menggantikan penyebab vertigo. Keberhasilan terapi ini bergantung pada beberapa faktor pasien yang meliputi usia, fungsi kognitif (memori, kemampuan mengikuti pentunjuk), kemampuan kordinasi dan gerak, dan kesehatan pasien secara keseluruhan (termasuk sistem saraf pusat), serta kekuatan fisik. Dalam VRT, pasien yang datang ke dokter, akan menjalani beberapa latihan yang akan melatih keseimbangan dalam tingkat yang lebih tinggi, meliputi gerakan kepala, gerakan mata, dan berjalan.

Reposisi kanalit
Menurut Akademi Neurologi Amerika (American Academy of Neurology) metode yang paling efektif untuk BPPV yang disebabkan oleh kristal kalsium di telinga bagian kanal posterior adalah menggunakan teknik reposisi kanalit (canalith repositioning) atau Epley maneuver. Pada prosedur ini, terapis (dokter) akan meminta pasien untuk menggerakkan kepala dan tubuh. Kemudian kristal kalsium akan keluar dari kanal posterior, dan masuk ke dalam kanal telinga bagian dalam yang akan diabsorpsi tubuh.

Menggunakan Obat
Infeksi telinga (misalnya otitis media, labirinitis) yang disebabkan bakteri dapat diterapi menggunakan antibotik (contohnya amoksisiillin, ceftriakson). Infeksi telinga kronik dapat menggunakan metode pembedahan miringotomi. BPPV yang tidak menunjukkan perbaikan dengan reposisi kanalit dapat diterapi dengan pemberian meklizin. Namun, meklizin dapat menyebabkan kantuk, mulut kering, dan penglihatan kabur. Jika meklizin tidak efektif, benzodiazepin seperti klonazepam dapat diresepkan, atau antihistamin seperti prometazin dapat diberikan pada seorang yang mengalami vertigo. Tentu saja harus di bawah pengawasan dokter dan tenaga kesehatan lain. Prometazin dapat menyebabkan kantuk, lelah, sulit tidur, dan tremor. Vertigo akibat penyakit Ménière dapat diatasi dengan diuretika serta mengurangi asupan garam. Kortikosteroid dapat diresepkan di awal penyakit untuk mengurangi peradangan dan menstabilkan pendengaran. Antibiotik dapat digunakan ke telinga tengah (dengan teknik perfusi intratimpanik) untuk mengobati vertigo yang disebabkan penyakit Ménière. Vertigo yang disebabkan karena migrain, terkadang dapat diatasi dengan obat. Gangguan pembuluh darah otak, tumor, maupun multiple sclerosis dapat diupayakan penyembuhannya dengan cara menggunakan obat, radiasi, maupun pembedahan.

Saran Bagi Anda
Bila anda mengunjungi dokter dengan keluhan vertigo, ingatlah untuk menanyakan kira-kira apa penyebab vertigo anda, hal-hal apa yang dapat memicu munculnya vertigo maupun hal yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan vertigo. Selain itu, bila dokter meresepkan obat untuk anda, tanyakanlah mengenai kegunaan obat tersebut dan kemungkinan reaksi sampingnya. Semoga artikel ini bermanfaat dan anda tidak lagi pusing tujuh keliling.


Menguap bisa Menular

Jakarta, Tanpa disadari seringkali saat melihat orang lain menguap akan ikut-ikutan menguap. Bukan karena latah kalau yang melihat ikutan menguap, karena menguap memang bisa menular.

Menguap adalah tindakan refleks yang terjadi pada semua orang, biasanya dilakukan untuk menghirup udara dalam jumlah banyak dan diikuti dengan pernapasan.

Tindakan refleks ini seringkali dikaitkan dengan stres, kelelahan, terlalu banyak kerjaan, kebosanan dan mengantuk. Menguap juga bisa terjadi bila ada kelebihan karbondioksida atau kelangkaan oksigen dalam aliran darah.

Studi terbaru menunjukkan menguap bukan saja sebagai tanda seseorang ingin tidur. Tapi tujuan menguap untuk mendinginkan otak sehingga dapat beroperasi lebih efisien dan membuat seseorang tetap terjaga.

Tapi kenapa ketika seseorang menguap yang melihatnya juga ikut menguap?

"Kami berpikir penyebab menguap itu menular karena dipicu oleh mekanisme empatik yang berfungsi untuk menjaga kewaspadaan kelompok. Karenanya menguap adalah tanda empati," ujar seorang peneliti Dr Gordon Gallup, seperti dikutip dari BBCNews, Kamis (8/4/2010).

Penyebab lain menularnya menguap karena aktifnya sistem saraf cermin (mirror neurons system) yaitu neuron yang terletak di bagian depan setiap belahan otak vertebrata tertentu.

Ketika menerima stimulus (rangsangan) dari spesies yang sama, maka spesies tersebut juga akan mengaktifkan daerah yang sama di otak. Hal inilah yang menyebabkan seseorang akan menguap jika melihat oang lain menguap.

Sistem saraf cermin ini bertindak sebagai penggerak untuk meniru dan bertanggung jawab terhadap pembelajaran manusia. Karenanya menguap sering dianggap sebagai cabang dari impuls (gerakan) tiruan yang sama.

Jika pusat dari sistem neuron cermin tidak aktif saat melihat seseorang menguap, maka hal ini tidak akan memiliki hubungan dengan keinginan merespons untuk menguap.

Semakin kuat seseorang ingin menguap, maka semakin kuat aktivasi dari bagian otak periamygdalar kiri. Hasil temuan ini merupakan tanda neurofisiologis pertama yang mengungkapkan bahwa menguap bisa menular.

Daerah periamygdalar adalah zona yang terletak di samping amigdala dan struktur bentuknya seperti kacang almond yang terletak jauh di dalam otak.

Aktivasi beberapa bahan kimia yang ditemukan di otak, misalnya, serotonin, dopamin, glutamin, asam glutamat dan oksida nitrat, dapat pula meningkatkan frekuensi menguap. Sedangkan beberapa bahan kimia lain seperti endorfin justru bisa mengurangi frekuensi menguap.

Jika seseorang menguap, maka ada tahapan yang terjadi adalah:

1. Dimulai dengan mulut terbuka
2. Rahang bergerak ke bawah
3. Memaksimumkan udara yang mungkin dapat diambil ke dalam paru-paru
4. Menghirup udara
5. Otot-otot perut berkontraksi
6. Diafragma didorong ke bawah paru-paru
7. Terakhir beberapa udara ditiupkan kembali.


Beberapa studi menunjukkan manfaat dari menguap yaitu dapat menstabilkan tekanan di kedua sisi gendang telinga atau mirip dengan peregangan, melenturkan otot dan sendi pada tubuh serta meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.

Water Birth

Mendengar kata water birth akan membawa kita pada persepsi suatu metode persalinanan yang dilakukan di dalam air. Kebanyakan dari kita di Indonesia menganggap metode persalinan di dalam air ini merupakan metode yang baru padahal sebenarnya metode persalinan water birth ini sudah dikenal jauh sebelumnya. Metode persalinan water birth ini pertama kali dilakukan di negara Uni Soviet pada tahun 60-an oleh Igor Tjarkovsky, untuk selanjutnya persalinan water birth ini berkembang di Perancis diakhir tahun 1960-an, dan di Amerika Serikat pada tahun 1961.

Apa itu Water Birth ?
Secara prinsip, persalinan dengan metode water birth tidaklah jauh berbeda dengan metode persalinan normal di atas tempat tidur, hanya saja pada metode water birth persalinan dilakukan di dalam air sedangkan pada persalinan biasa dilakukan di atas tempat tidur. Perbedaan lainnya adalah pada persalinan di atas tempat tidur, calon ibu akan merasakan jauh lebih sakit jika dibandingkan dengan persalinan menggunakan metode water birth. Ada yang mengatakan persalinan dengan water birth dapat mengurangi rasa sakit hingga mencapai 40-70%.

Metode Water Birth
water birthPada persalinan dengan metode water birth, calon ibu akan dimasukan ke dalam kolam berisi air hangat pada saat memasuki bukaan ke-enam. Tujuannya agar kulit vagina menjadi tipis dan lebih elastis sehingga akan lebih mudah untuk meregang saat kepala bayi keluar melewati vagina, bahkan dikatakan jika persalinan berjalan lancar maka tidak perlu sampai harus merobek perineum (bibir vagina. Selain itu, air hangat pada kolam juga akan memberikan rasa nyaman, tenang dan rileks, pada keadaan rileks ini tubuh akan melepaskan endorphin (semacam morfin yang dibentuk oleh tubuh sendiri)untuk mengurangi rasa sakit. Air hangat juga mampu untuk menghambat impuls – impuls saraf yang menghantarkan rasa sakit, sehingga membuat persalinan tidak begitu terasa berat.

Pada persalinan dalam air ini, suami juga memiliki peran yang sangat penting di dalam kelancaran persalinan, yaitu dengan melakukan pemijatan pada punggung ibu yang bertujuan untuk memberikan rasa rileks dan nyaman kepada ibu saat persalinan dilakukan di dalam kolam. Persalinan dengan metode water birth ini berlangsung kurang lebih 1-2 jam setelah bukaan keenam dimana pada persalinan biasa membutuhkan waktu hingga 8 jam.

Kemudian setelah bayi lahir maka dokter akan mengangkat bayi ke permukaan air untuk diberikan ASI pertama kali. Kebanyakan ibu kadang merasa khawatir bayi mereka akan tersedak, tetapi sebenarnya hal tersebut tidak akan terjadi karena pada saat bayi sudah berada diluar, bayi tersebut masih bernafas melalui ari – ari dan tali pusat yang masih tersambung ke perut ibu, sehingga tidak akan menjadi masalah bagi bayi yang dilahirkan di dalam air.

Peralatan yang Dibutuhkan dalam Persalinan Water Birth
birth poolPersalinan dengan metode water birth ini juga sudah banyak diterapkan di beberapa pusat kesehatan dan rumah sakit di Indonesia seperti di Jakarta dan Bali. Beberapa peralatan yang diperlukan dalam water birth adalah kolam plastik berukuran cukup besar (diameter 2 meter) dengan benjolan – benjolan dibagian bawahnya agar ibu tidak merosot saat persalinan berlangsung. Ketinggian air di dalam kolam juga harus diatur supaya berada di atas pusar baik saat ibu dalam posisi duduk, jongkok atau tiduran. Posisi saat melahirkan dapat dilakukan sebebas mungkin bisa sambil duduk, menghadap ke belakang atau terserah nyamannya si ibu.

Selain itu juga diperlukan water heater dan termometer untuk menjaga suhu air agar tetap dalam suhu 37ºC. Hal ini bertujuan agar bayi tidak merasakan perbedaan suhu yang ekstrem antara di dalam perut dengan di luar dan agar bayi tidak mengalami hipotermia. Suhu air yang hangat juga menjadi sebab mengapa bayi sesaat setelah dilahirkan di dalam air tidak akan menangis, karena bayi masih merasa berada di dalam kandungan akibat suhu air yang tetap hangat. Air yang digunakan juga air suling yang steril dan tidak mengandung kuman sehingga tidak akan menimbulkan infeksi apabila tertelan.

Yang harus Diperhatikan dalam Persalinan Water Birth
Melahirkan di air juga ada batasan dan beberapa pertimbangan medisnya. Berikut adalah beberapa kriteria calon ibu yang tidak diperkenankan untuk melakukan water birth :

1. Calon ibu yang memiliki panggul sempit,
2. Bayi lahir sungsang atau melintang
3. Ibu yang sedang dalam perawatan medis
4. Ibu yang mempunyai penyakit herpes, sebab virus herpes tidak mati dalam air dan dapat menular kepada bayi yang dilahirkan

Tips persiapan persalinan di dalam air / water birth :

1. Ada kemauan dan keyakinan untuk melahirkan di dalam air
2. Mengikuti senam hamil saat kehamilan, agar proses persalinan berjalan lancar
3. Pastikan kolam yang akan dipakai dalam persalinan adalah kolam yang memenuhi standart untuk water birth, dan yakinkan kebersihan serta sterilitas kolam.
4. Menyiapkan data lengkap, seperti pemeriksaan laboratorium sebagai salah satu prasyarat mutlak dalam pelaksanaan persalinan di dalam air.

Bagi para calon ibu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter kandungan selama masa kehamilan untuk dapat mengetahui metode persalinan apa yang paling sesuai dengan kondisinya.

Sumber :http://medicastore.com/artikel/293/Persalinan_Water_Birth.html

7 fakta mengejutkan tentang Kolesterol

Diambil dari Health.com. Seperti kebanyakan orang, apabila kita memikirkan tentang kolesterol maka yang terbayang adalah makanan berlemak & bahaya penyakit jantung. Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah memang merupakan masalah kesehatan yang banyak dialami oleh banyak orang saat ini. Selain hal tersebut ada beberapa fakta lain yang mungkin belum kita ketahui mengenai kolesterol, yaitu :

1. Kadar kolesterol yang tinggi tidak dapat dihindari bagi beberapa orang

Apabila kita mengalami kadar kolesterol yang tinggi, biasanya hal tersebut disebabkan karena faktor makanan, kurang olahraga dll. Tetapi bagi beberapa orang, kadar kolesterol mereka akan selalu berada di zona tidak sehat walaupun sudah menjaga makanan & berolahraga, hal ini karena mereka menderita penyakit familial hypercholesterolemia. Penyakit akibat keturunan ini dapat diderita oleh 1 dari 500 orang & dapat menyebabkan kadar kolesterol berkisar antara 300-600 mg/dl serta meningkatkan resiko terkena serangan jantung dini.

2. Kolesterol penyumbat pembuluh darah berbentuk seperti mentega

LDL (low density lipoprotein) dapat mengumpul di dinding pembuluh darah secara perlahan sehingga akan terbentuk plak tebal yang dapat mempersempit dinding pembuluh darah, menghalangi aliran darah sehingga terjadi penyumbatan di pembuluh darah. Pembuluh darah yang tersumbat akan kehilangan elastisitasnya, menjadi kaku & mulai berwarna kekuningan seperti kolesterol. Jika kita dapat melihat kedalam dinding pembuluh darah yang tersumbat tersebut, maka akan terlihat lapisan tebal seperti mentega beku yang merupakan kolesterol.

3. Kolesterol tinggi dapat terlihat

Normalnya, kita akan menyadari mempunyai kadar kolesterol yang tinggi jika hasil pemeriksaan darah menunjukkan hal tersebut. Tetapi sebenarnya hal tersebut dapat terlihat melalui kondisi kulit yang terdapat gumpalan berwarna merah kekuningan atau disebut juga dengan xanthomas.

Xanthomas bervariasi ukurannya & dapat ditemui di seluruh tubuh termasuk di persendian, tangan & lipatan mata (meskipun tidak semua xanthomas di lipatan mata disebabkan oleh kolesterol yang tinggi). Xanthomas cenderung terjadi pada orang lanjut usia & mereka yang menderita penyakit diabetes atau masalah kesehatan lain.

Xanthomas juga lebih mudah terlihat pada penderita familial hypercholesterolemia yang bahkan dapat ditemukan sejak masih bayi.

4. Kadar kolesterol dapat menjadi terlalu sedikit

Semua orang tahu bahwa kadar kolesterol yang tinggi tidak baik, tetapi ternyata kadar kolesterol yang sangat rendah juga tidak baik bagi kesehatan. Para ahli merekomendasikan sebaiknya kadr kolesterol dijaga untuk selalu < 200 mg/dl, yang merupakan kadar kolesterol rata-rata untuk orang dewasa. Tetapi kadar koleterol yang < 160 mg/dl atau disebut dengan kolesterol rendah ternyata dihubungkan dengan resiko kesehatan termasuk kanker.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita hamil yang mempunyai kadar kolesterol yang rendah lebih sering untuk melahirkan secara premature. Kadar kolesterol total & LDL yang rendah juga telah dihubungkan dengan terjadinya kecemasan & depresi.

5. Latihan dapat meningkatkan kadar kolesterol baik

Dokter biasanya menyarankan olahraga sebagai perubahan gaya hidup yang dapat membantu menurunkan kolesterol secara alami. Tetapi penelitian terbaru di Journal of Lipid Research menyebutkan bahwa olahraga dapat mempengaruhi kolesterol secara berbeda tergantung dari jenis kelamin & etniknya.

Diantara para sukarelawan yang terlibat dalam penelitian tersebut, yang telah diamati selama 9 tahun, aktifitas fisik yang setara dengan 1 jam latihan ringan atau ½ jam latihan sedang / minggu dihubungkan dengan kenaikan kadar HDL atau biasa disebut juga dengan kolesterol baik pada setiap grup.

Tetapi kadar LDL hanya berkirang pada wanita & kadar kolesterol total hanya berkurang pada wanita etnik afrika-amerika.

6. Makanan yang bebas kolesterol masih dapat meningkatkan kadar kolesterol

Hati-hati terhadap makanan yang di klaim bebas kolesterol. Kolesterol dibuat di dalam hati hewan/manusia dan hanya ditemukan pada makanan yang berasal dari hewan seperti daging, susu & telur. Beberapa produk banyak yang menyebutkan bahwa mereka mengandung sedikit atau bebas kolesterol, tetapi bukan berarti produk tersebut baik untuk kadar kolesterol kita.
Banyak makanan yang digoreng & dipanggang mengandung bahan lemak trans yang dapat meningkatkan kadar kolesterol. Lemak trans paling umum dalam bentuk partially hydrogenated vegetable oils, lemak trans ini bersama dengan lemak jenuh merupakan penyebab utama kolesterol dari makanan, tetapi dalam label tidak akan disebutkan sebagai kolesterol.

7. Kolesterol tinggi dapat menyebabkan disfungsi ereksi

Penelitian yang dilakukan di Swedia pada tahun 2005 menemukan bahwa pria yang mempunyai kadar kolesterol total > 270 mg/dl mempunyai 4 ½ kali kemungkinan lebih besar untuk menderita kanker testis dibandingkan pria yang mempunyai kadar kolesterol < 220 mg/dl ( meskipun peneliti tersebut menyebutkan bahwa kaitan antara 2 kondisi tersebut dapat juga disebabkan oleh faktor lain).

Selain itu, kadar kolesterol yang tinggi juga telah dikaitkan dengan resiko yang lebih besar untuk menderita disfungsi ereksi, gagal ginjal & penyakit Alzheimer.

sumber : http://www.medicastore.com/forum/viewtopic.php?f=6&t=1187