Pages

Minggu, 18 April 2010

Kombinasi Sumatripan 85 mg + naproxen 500 mg untuk terapi Migren

Migraine merupakan gangguan neurovaskuler yang bersifat kronik, multifaktorial, yang secara khas ditandai dengan serangan nyeri kepala yang mendadak biasanya unilateral, disfungsi saraf otonom, serta adanya gejala aura. Serangan nyeri kepala ini biasanya sekitar 4 -72 jam, derajat sedang sampai berat. Bahkan dapat disertai dengan gejala mual, muntah, fotofobia, fonofobia, serta gangguan penciuman. Walaupun migraine ini dapat menyerang segala usia namun puncak dari populasi yang terkena migraine adalah pertengahan dewasa muda. Di USA dan Eropa barat prevalensi migraine per tahun diperkirakan secara keseluruhan mencapai 11%, 6 % pada populasi pria dan sekitar 15% - 18% pada populasi wanita. Median frekuensi serangan adalah 1,5 kali per bulan dan median lama serangan adalah sekitar 24 jam, pada paling tidak 10% dari pasien mendapat serangan setiap minggu dan sekitar 20% terjadi serangan paling tidak dalam waktu 2 – 3 hari.

Penatalaksanaan migraine ini secara umum dikelompokkan menjadi terapi non-medikamentosa dan medikamentosa. Sedangkan terapi medikamentosa dapat dikelompokkan menjadi obat yang digunakan untuk mencegah (misalnya: golongan beta antagonis, amiltriptilin, flunarizine, serotonin antagonis, gabapentin, dsb) dan obat yang digunakan untuk terapi migraine. Dan obat yang digunakan untuk terapi migraine dapat dikelompokan menjadi terapi migraine spesifik dan non-spesifik. Obat-obat yang digunakan untuk terapi migraine nonspesifik misalnya adalah: NSAIDs, opiat, dan kombinasi dari analgesik. Sedangkan terapi yang spesifik meliputi: ergotamine, dihydroergotamine, dan golongan triptan efektif untuk penatalaksanaan nyeri kepala neurovaskuler seperti migraine, nyeri kepala kluster.

Sampai saat ini tidak ada terapi tunggal yang memberikan efek yang kuat dan spektrum yang luas, hal ini mungkin berhubungan juga dengan patogenesis yang multi faktorial, yang tentunya akan mempengaruhi berbagai jaras saraf yang akan teraktivasi maupun sensitisasi sehingga terjadi serangan migraine. Dengan dasar hal inilah maka kombinasi obat-obat antimigraine secara teoritis akan memperbaiki respon terhadap pasien migraine. Terapi kombinasi dari golongan triptan dan NSAIDs merupakan salah satu pilihan, triptan akan bekerja pada pembuluh darah sedangkan NSAIDs akan berfungsi sebagai antiinflamasi, dimana pada pasien migraine juga dilepaskan faktor-faktor proinflamasi yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan sensitisasi nosiseptor trigeminal. Studi terbaru menunjukkan naproxen menekan sensitisasi dari sel-sel neuron trigeminovaskuler pada nukleus trigeminal spinalis pada hewan coba yang mengalami nyeri intrakranial.

Salah satu obat kombinasi tetap golongan triptan dan NSAIDs adalah kombinasi sumatriptan dan naproxen. Dari studi-studi yang ada menunjukkan kombinasi sumatriptan+naproxen ini memberikan efek yang lebih baik untuk terapi migraine. Kombinasi yang dipakai adalah sumaptriptan succinate sebanding sumatriptan 85 mg dan naproxen 500 mg dengan formulasi ‘fast-disintegrating, rapid-released formulation”.

Suatu studi kombinasi sumatriptan + naproxen, adalah studi yang melibatkan sekita 500 subyek dengan keluhan migraine. Studi dengan disain acak-tersamar ganda, plasebo-kontrol ini subyek diberikan terapi kombinasi sumatriptan+naproxen atau plasebo dosis tunggal dalam kurun waktu 1 jam saat serangan migraine. Parameter keberhasilan utama adalah hilangnya keluhan nyeri dalam kurun waktu 2 jam setelah konsumsi obat. Dari studi ini diperoleh hasil, bahwa secara ITT dari subyek migraine sebanyak 576 dan 535, pada 2 jam pertama setelah konsumsi obat menunjukkan bahwa sebanyak 52% dan 51% pasien yang mendapat kombinasi sumatriptan dan naproxen merasakan bebas nyeri, dan sebaliknya sebesar 17% dan 15% pada kelompok plasebo (p <0,001). Efek hilangnya nyeri pada kelompok obat terjadi sejak 30 menit pasca mengkonsumsi obat. Pada kelompok in ijuga dalam jam ke-2 dan ke-4 menunjukkan gejala-gejala klasik migraine seperti: mual, fotopobia, dan fonopobia, maupun gejala non-klasik seperti: nyeri tengkuk, perasaan tidak enak atau keluhan nyeri sinus. Efek samping yang paling banyak dilaporkan adalah adanya keluhan mual (4%) dan pusing (2%).

Sedangkan studi yang lebih baru, menunjukkan bahwa kombinasi sumaptriptan 85 mg dan naproxen 500 mg, lebih superior dalam menurunkan gejala nyeri kepala, fotopobia, fonopobia, pada 2 jam pertama setelah mengkonsumsi obat jika dibandingkan dengan sumaptriptan (monoterapi), naproxen (monoterapi), serta plasebo. Serta dengan insidens efek samping yang sebanding. Data-data tersebut diatas mendukung bahwa kombinasi sumaptriptan 85 mg dan naproxen 500 mg dalam satu sediaan memberikan efek yang lebih superior jika dibadingkan dengan monoterapi dari masing-masing dan dengan efek samping yang tidak berbeda bermakna dan secara umum masih ditoleransi dengan baik.

0 komentar:

Posting Komentar