Pages

Jumat, 23 April 2010

Misoprostol vs Oksitosin untuk Perdarahan post partum

Penelitian Dr. Winikoff  dkk. yang dipublikasi dalam Lancet volume 375 tahun 2010 , membandingkan misoprostol sublingual dengan oksitosin pada  post partum haemorrhage (pendarahan paska persalinan); hasilnya menunjukkan bahwa misoprostol dapat menjadi satu alternatif, selain oksitosin dalam penanganan kasus pendarahan paska persalinan tersebut.

Oksitosin sebagai standar dalam pengobatan post-partum haemorrhage (PPH), bisa bermasalah apabila tidak tersedia karena alasan penyimpanan serta pemberian secara intravena. Misoprostol, sebagai preparat uterotonika dengan beberapa kelebihan dalam hambatan tersebut, diharapkan dapat menjadi suatu alternatif. Dalam penelitian ini, pemberian misoprostol diharapkan memberikan efikasi serupa dibandingkan oksitosin dalam pengobatan pendarahan paska persalinan pada wanita yang tidak terpajan oksitosin selama proses melahirkan.

Dengan desain buta ganda  (double-blind), non-inferiority trial,  sekitar 9.348 wanita yang tidak terpajan profilaksis oksitosin serta menderita pendarahan pervaginam diperiksa setelah proses persalinan di 4 rumah sakit di Ekuador, Mesir, dan Vietnam.   Sekitar 978 wanita (10%) didiagnosis perdarahan paska persalinan primer  dan secara acak menerima 800 μg misoprostol (n = 488) atau 40 IU oksitosin intravena (n = 490). Baik tenaga kesehatan serta pasien tidak mengetahui jeins pengobatan yang diberikan. Sebagai tujuan/hasil primer adalah pendarahan aktif dalam 20 menit dan kehilangan darah tambahan sekitar 300 mL atau lebih setelah pengobatan. Ekuivalensi klinis misoprostol dapat diterima jika 97, 5% CI (Confidence Interval) berada di bawah batas non inferior yang ditetapkan 6%.  Seluruh hasil diperhitungkan dari saat mendapatkan pengobatan awal. Penelitian ini  terdaftar dalam  referensi  website Clinical Trial gov dengan nomer NCT 00116350.

Temuan penelitian, dengan seluruh partisipan yang secara acak mengikuti penelitian ini dianalisis. Pendarahan aktif yang terkontrol dalam  20 menit pada penelitian terdapat pada 440 wanita (90%) yang mendapatkan  misoprostol dan 468 wanita (96%) yang diberi oksitosin  (relative risk [RR] 0,94 ; 95% CI 0,91- 0,98; crude difference 5,3% ; 95% CI 2,6- 8,6). Kehilangan darah tambahan  ≥300 mL setelah pengobatan terjadi pada 147 wanita (30%) yang menerima misoprostol dan 83 wanita (17%) yang menerima oksitosin (RR 1,78 ;  95% CI 1,40- 2,26). Efek seperti menggigil (229 [47%] vs 82 [17%]; RR 2,80; 95% CI 2,25—3,49) dan demam (217 [44%] vs 27 [6%]; 8,07, 5,52—11,8) , lebih banyak dialami pada wanita yang mendapat misoprostol daripada oksitosin.  Tidak ada seorang wanita pun yang dihisterektomi atau meninggal.

Simpulan penelitian tersebut adalah apabila penggunaan oksitosin tidak mungkin, maka misoprostol dapat menjadi alternatif pilihan pertama yang sesuai untuk pendarahan paska persalinan (post-partum haemorrhage).

0 komentar:

Posting Komentar